LAPORAN
PRATIKUM
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
INDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JAMUR (Fungi), LUMUT (Bryophyta) DAN
LICHENE DI TAMAN
HUTAN RAYA R. SOERYO CANGAR MALANG
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si.
Oleh :
1.
Kharunisa (11620002)
2.
Wenny
Nur Fauziah (11620019)
3.
Romi
Abrori (11620021)
4.
Novi
Ainiatus Sholihah M (11620027)
5.
Agus
Junaidi (11620064)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dunia Tumbuhan adalah dunia yang beranggotakan organisme yang
memiliki akar, batang dan daun sejati yang tersusun dari sel yang bersifat
eukariotik. Cara hidupnya fotoautotrof karena memiliki pigme hijau daun yang
terdapat di dalam organel sel yang disebut kloroplas. Ciri khas tumbuhan yang
membedakannya dengan sel hewan adalah dimilikinya dinding sel yang mengandung
selulosa sehingga selnya bersifat kaku. Kingdom ini dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu : Bryophyta (lumut), Jamur (fungi) dan lichene (lumut kerak). Thallophyta
merupakan tumbuhan yang berthalus.
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia
jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak).
Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Lichenes (lumut kerak) merupakan
gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi
merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di
atas terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai
atau gunung-gunung yang tinggi. Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara,
yaitu : Secara Vegetatif, Aseksual,dan Seksual.
Terdapat banyaknya keberagaman dalam Thallophyta ini maka
dilakukan peneliatian atau observasi secara langsung di Hutan Raya R. Soeryo
Cangar Batu Malang untuk dapat mengetahui dan mengidentifikasi berbagai macam
keberagaman Thallophyta di tempat tersebut.
1.2 Tujuan
1)
Mengetahui keanekaragaman Jamur, Lumut dan liken yang ada di Taman Hutan
Raya R.Suryo Cangar Batu Malang
2)
Mengetahui ciri-ciri Jamur, Lumut dan Liken.
3)
Membedakan ciri-ciri masing-masing Jamur, Lumut dan liken.
4)
Mengamati Jamur, Lumut dan Liken secara langsung pada habitatnya.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat kita peroleh setelah
melakukan kuliah kerja lapangan ini
adalah:
1) Dapat mengetahui keanekaragaman Jamur, Lumut
dan Liken.
2) Dapat mengetahui ciri-ciri Jamur, Lumut dan
liken secara umum.
3) Dapat membedakan ciri-ciri masing-masing devisi
dan dapat membedakannya.
4) Dapat mengamati Jamur, Lumut dan liken secara
langsung pada
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu dan tempat
Study lapangan keanekaragaman Jamur, Lumut dan
Liken yang berhabitat di Taman Hutan Raya R.Suryo Cangar Batu Malang, dilaksanakan
pada tanggal 2 Desember 2012.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1
Alat
1) Alat tulis
2) Dokumentasi(Kamera)
3) Amplop/ wadah kertas
4) Sarung Tangan Latex
2.3 Cara kerja
1) Disiapkan alat untuk pengamatan
2) Diambil Jamur, Liken dan Lumut pada habitatnya.
3) Disimpan didalam amplop
4) Diamati spesies
5) Diindentifikasi beberapa spesies yang
ditemukan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 LUMUT
Struktur tumbuhan lumut termasuk tumbuhan
thalus. Habitat hampir semua tumbuahan lumut adalah tempat lembab dan teduh.
Beberapa ada yang hidup mengapung di air (akuatik) (Sulisetjono,
2012).
Meskipun
struktur thalus telah diadaptasikan untuk kehidupan di darat tetapi aktifitas
peerkembangbiakan tetap memerlukan kelembapan yang cukup. Tanpa adanya air,
alat kelamin tidak mencapai kematangan, dan sel-sel kelamin (Sulisetjono,
2012).
a)
Spesies Marhantia sp
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Mus, 2012)
|
Klasifikasi (Mus, 2012):
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Divisi Marchantiophyta
Kelas Marchantiopsida
Ordo Marchantiales
Spesies Marchantia polymorpha
Tubuhnya
terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup
lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang
berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka ,
sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi
dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti
mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha
dan porella. Marchantiophyta (Hepaticophyta)
atau lumut
hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding
tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak
lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal
ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok
peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut
hati beranggota lebih dari 6000 spesies.
lumut
hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah,
atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati
dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal
ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok
peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut
hati beranggota lebih dari 6000 spesies. Lumut
hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing.
Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak
memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma
(kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya:
Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia.
Kebanyakan
lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai
struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang
ditemukan, meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering,
misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah atau batu cadas, sehingga
tubuhnya perlu mempunyai stuktur yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat
penyimpan air, atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya. Yang
bersifat epifit ada yang dapat hidup pada daun pohon-pohon dalam rimba daerah
tropika, dan karena hidupnya di atas daun itu lumut tadi merupakan suatu bentuk
ekologi yang khusus yang dinamakan epifit.
Pada
umumnya asosiasi tumbuhan kriptogam, lumut hati tidak mengambil peranan yang
penting.Diantara lumut hati ada yang tidak mempunyai klorofil, yaitu yang
tergolong dalam marga cryptothallus dan hidup sebagai saprofit. Protonema lumut
hati kebanyakan hanya berkembang menjadi suatu buluh yang pendek. Sebagian
besar lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak. Minyak itu terdapat
dalam bentuk yang spesifik, kebanyakan berupa kumpulan tetes-tetes minyak
atsiri. Dalam bentuk demikian minyak tadi tidak dapat ditemukan pada tumbuhan
lain.
Sampai
saat ini sudah di kenal sebanyak 8000 spesies. Kebanyakan tumbuhan ini hidup
pada lingkungan yang lembab, bentunya tidak menarik kecuali dalam masa, jika
tampak biasanya di kacaukan dengan lumut sejati karena keduanya miri sekali.
Tumbuhan merayap pada permukaan tanah, pepagan pohon, bebatuan lembab, atau
pada kayu busuk.sebagian besar dari tumbuhan ini adalah tumbuhan darat,
beberapa spesies hidup di air sebagai akuatik skunder, artinya mereka itu
tumbuhan darat itu yang teradaptasi kembali terhadap lingkungan air nenek
moyangnya.
Berdasarkan
bentuk talusnya, lumut hati di bagi menjadi dua kelompok yaitu: lumut
hati bertalus dan lumut hati berdaun. Pada kedua kelompok tumbuhan tersebut
tubuhnya berbentuk dorsiventral, yakni tubuh bagian atas bagian atas di sebut
dorsal dan bagian bawah di sebut ventral. Organ seksual tumbuh terjadi di
permukaan bagian dorsal. Tubuh tumuhan ini menutupi tanah, berpaut pada tanah
dengan rizoid yang berbentuk benang. Rizoid itu semacam rambut akar, pada
tumbuhan tinggi tetapi berlawanan denganya, biasanya tumbuh pada generasi gametofit.
Tubuh
tumbuhan kelompok pertama(lumut hati bertalus) menujukan cirri-ciri tertentu
yang berkembang secara perlahan dari tumbuhan darat tanpa pembuluh yang tidak
di miliki oleh tumbuhan yang tidak dimiliki oleh nenek moyangnya yang hidup di
air. Di antaranya adalah rizoid dan bagian lain yang beradaptasi terhadap
daratan, sepertihalnya adanya jaringan kutikula yang menutup lapisan epidermis,
dan spora berdinding tebal yang di sesuaikan dengan penyebaran melalui
udara.
Lumut
Hati Berdaun
Kelompok
tumbuhan yang terbesar ini diantara lumut hati kadang-kadang disebut juga lumut
sisik. Umumnya tumbuh subur pada balok-balok kayu, tanah lembab atau tumbuh
sebagai epifit pada batang atau cabang pohon. Contoh dari kelompok ini adalah Porella.
Tubuh tumbuhan ini khas dorsiventral, dan tersusun dari suatu sumbu dengan
bentuk-bentuk seperti pada daun. Tidak ada atau sedikit saja diferensiasi
internal dalam jaringannya. Struktur yang seperti daun itu tumbuh lateral pada
kedua sisi sumbu. Dunia lateral kadang-kadang terbagi menjadi dua bagian.
Daun
tingkat ketiga muncul dari permukaan ventral. Terkadang-kadang lumut hati
berdaun dikeluarkan dengan lumut sejati, tetapi dapat diperbedakan jika
diperhatikan struktu vegetativnya secara berhati-hati. Lumut sejati bentuknya
simetri radial, artinya daun-daunnya melekat sekeliling batang, berlawanan
dengan lumut hati yang telah dujelaskan di atas. Selain itu, lumut sejati
mempunyai tulang tengah yang tidak terdapat pada lumut hati.
Organ
seksual macam lumut ini tumbuh pada generasi gametifit. Anterida tumbuh pada
ketiak daun dan arkegonia tumbuh di ujung, pada apeks pucuk utama atau
cabang-cabangnya. Sporofit dilengkapi dengan kaki, tangkai, dan kapsul, yang
membuka dengan empat katup.
Marchantia
Struktur
talus kelompok ini lebih komplrks dibandingkan dengan Riciciocarpus.
Talusnya (gametofit) lebih terspesialisasi, dan organ seksual betina pada
banyak spesies muncul di atas talus yang bertangkai yang disebut reseptakel.
Juga anteridia terdapat pada dasar buah yang bertangkai. Marchantia
polymorpha adalah suatu tumbuhan yang tersebar luas pada ngarai
yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan menyatakan bahwa tumbuhan
ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat terbakar, terutama di daerah
yang lembab. Dalam keadaan demikian tumbuhan itu dapat berkembang dengan subur
menjadi hamparan padat selama bertahun-tahun, secara berangsur digantikan oleh
lumut, rumput, dan semaiaan tumbuhan berkayu. Dalam kondisi seperti itu, talus
tumbuhan ini menyebar berbentuk pita di atas permukaan tanah dan didukung
dengan banyak sekali rizoid. Permukaan talusnya terdiri dari lempengan yang
berbentuk intan, yang menunjukan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu
irisan melalui talus menunjukan ruang udara di bagian atas yang dilindungi epidermis.
Setiap ruang berhubungan dengan udara luar melalui pori yang menyerupai
cerobong, analog dengan stoma. Dari dasar ruang udara ini muncul rantai-rantai
sel yang berisikan banyak sekali kloroplas. Bagian pangkal talusnya terdiri
dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati.
Reproduksi
seksual pada Marchantia melibatkan dua jenis
tumbuhan, yaitu tumbuhan jantan, yang mengandung reseptakel anteridium dan
tumbuhan betina yang mengandung reseptakel arkegonium. Tangkai yang mendukung
dasar bunga (reseptakel) itu tumbuh pada cabang vertical talusnya. Dasar bunga
betina agak melebar dan berbentuk payung, dengan cuping yang berbentuk jari,
biasanya jumlahnya Sembilan dan sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada
alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk kebawah. Dasar bunga
jantan bentuknya seperti cakram, dengan tepi-tepi berbentuk cangkang remis.
Anteridia terpancang pada permukaan atas. Penyerbukan berlangsung sebelum
terjadinya pemanjangan tangkai dasar bunga. Anteridia merekah di ujungnya, dan
sperma melepaskan diri dengan bantuan air hujan kea rah arkegonia yang dekat
tumbuhan tersebut. Penyerbukan selanjutnya berlangsung seperti pada Ricciocarpus.
Generasi
sporofit dimulai dari telur yang sudah dibuahi, kemudian tangkai dasar bunga
bertambah panjang. Zigot membagi-bagi diri secara berulang-ulang membentuk
janin yang multiselular di dalam arkegonium, yang membesar dengan pertumbuhan
janin. Selama perkembangan janin, kelubung yang berbentuk tabung tumbuh dari
dasar setiap arkegonium dan mengelilingi janinnya. Sehelai jaringan juga tumbuh
arah ke bawah pada setiap sisi barisan arkegonium.
Pada
mulanya, janin berbentuk bola tetapi segera bagian pangkalnya, kaki, tumbuh ke
dalam jaringan reseptakel dan berfungsi sebagai organ untuk absorpsi. Bagian
terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki oleh zona
yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk
spora yang berkelompok menjadi alur secara vertikal, dan menjadi elater, yaitu benang-benang
memanjang dengan dinding dalam terpilin. Setelah meiosis dan terbentuknya
tetrad spora, tangkainya memanjang, arkegonium yang melebar jadi pecah, dan
kapsul terdorong ke bawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka menyebarkan massa
spora seperti kapas dengan pertolongan angin. Lepasnya spora dari kapsul
dibantui oleh elater, yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul,
elater menggulung, menjadi kering, dan mengadakan gerakan sentakan yang
melemparkan spora ke udara.
Pada
tahap-tahap awal perkembangannya, generasi sporofit Marchantia seluruh hidupnya
bergantung pada jaringan gametofit dalam hal nutrisinya. Meskipun demikian,
lebih kemudian tangkai, dinding kapsul, elater, dan bahkan kaki sporofit
menjadi hijau. Sel-sel jaringan-jaringan tersebut berisi kloroplas amat banyak
dan mampu mengadakan fotosintesis. Sebagian besar kloroplasnya mengandung
butir-butir pati. Bila sporofit itu matang, kloroplas menjadi luruh.
Di
samping mengadakan reproduksi seksual dengan spora, banyak di antara spesies
lumut hati ini berkembang biak secara vegetative. Setelah bagian tumbuhan yang
sudah tua mati pada pangkal percabangan talus, maka kedua cabang yang ada
tumbuhan menjadi tumbuhan tersendiri. Pada beberapa lumut hati, terima kasih
Marchantia, terdapat juga struktur khusus untuk reproduksi vegetative yang
dinamakan gemma. Gemma ini tumbuh pada talus bagian atas. Pada Marchantia,
kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang
menempel pada tangkai pendek di dasar kupulla. Gemma dapat terlepas bebas oleh
air hujan dan dapat terbawa agak jauh dari tetuanya. Bilamana gemma melekat
pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid, lalul
talus yang baru akan berkembang.
Sebagian
lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak
rumit. Sebagai contoh Marchantiales polymorpha. Talus seperti pita, kurang
lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan
mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah
talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik
perut atau sisik-sisik ventral. Selain dari itu pada sisi bawah talus terdapat
rizoid-rizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai
penebalan kedalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
Permukaan
atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin
dilalui oleh air. Jika dilihat dari atas, talus itu kelihatan berpetak-petak.
Dibawah tiap-tiap petak didalam talus terdapat suatu ruangan udara, dan
ditengah petak terdapat suatu liang udara yang menghubungkan ruangan udara
dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti tong, dan mempunyai
dinding yang lebih tinggih talus untuk mencegah masuknya air. Dinding liang itu
terdapat dari empat cincin, masing-masing cincin terdiri dari empat sel.
Pada marga tertentu sel-sel cincin yang paling dalam, dapat memperlihatkan
gerakan menutup. Pada dasar udara terdapat sel-sel yang mengandung kloroplas
dan merupakan jaringan asimilasi. Sel-sel lainnya, bahkan sel-sel epidermis pum
mempunyai klorofil, tetepi tidak seberapa. Bagi dunia tumbuhan hal itu
merupakan perkecualian, karena biasanya gametofit tidak mempunyai aparat
asimilasi yang sedemikian sempurnanya.
Sisa
jaringan talus berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil atau sangat
miskin akan klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan
cadangan, sebagian mengandung minyak. Pada sisi bawah parekrim, tempat
penimbunan makan cadangan bahan tersebut tertutup oleh selapis sel-sel.
Pada sisis atas usuk tengah, umumnya terdapat badan-badan seperti piala dengan
tepi yang bergigi, yang merupakan piala eram atau keranjang eram, dengan
didalamnya sejumlah kuncup-kuncuperam. Badan-badan tersebut berguna sebagai alat
perkembangbiakan vegetative bagi gametofit.
Gametangium
Marchantiales
didukung oleh suatu cabang talus yang tubuh bergerak. Bagian cabang talus
tergulung, merupakan suatu tangkai. Didalam dukungan itu terdapat suatu saluran
dengan benang-banang rizoid. Bagian atas cabanh tadi berulang-ulang mengadakan
percabangan menggarpu, hingga akhirnyamembentuk suatu suatu badan seperti
bintang. Tempat anteridium dan arkegonium terpisah, jadi Marchantiales berumah
dua. Pendukung anteridium dinamakan anteridiofor. Pendukung arkegonium disebut
arkegoniofor.
Pendukung
gametangium menyerupai suatu cakram bertoreh delapan pada ujungnya. Pada sisi
atas cakram itu terdapat ruang-ruang terbentuk botol yang bermuarah pada
permukaan atas dengan sebuah liang yang kecil . ruang-ruang itu berisi
anteridium dan satu sama lain terpisah oleh jaringan yang mengandung
ruang-ruang udara.dengan perantara
Anteridium
pada lumut hati ini tejadi sebagai berikut. Salah satu sel pada permukaan
membelah menjadi beberapa segmen dengan perantara sekat-sekat melintang
.masing-masing sigmen membelah menjadi empat sel oleh sekat-sekat yang tagak
lurus pada asekat-sekat yang dibuat pertama-tama. Sel-sel yang letaknya
dipinggir kemudian menjadi dinding anteridium, yang letaknya dibagian dalam
merupakan sel-sel
spermatogen yang kemudian menghasilkan spermatozoid . jika
anteridium telah masak, sel-sel dindingnya menjadi lendir dan mengembang,
hingga spermatozoid- spermatozoid dapat keluar dan terkumpul dalam suatu tetes
air hujan yang terdapat diatas cakram pendukung gametangium tadi.
Pendukung
gametangium ♀ terakhir dengan suatu badan berbentuk bintang. Segi-segi
bintang itu biasa berjumlah 9, tepinya melipat kebawah, sehingga sisi
atas bagian yang mendukung arkegonium itu menghadap kebawah pula. Akibatnya
arkegonium seakan-akan terdapat pada sisi bawah badan yang berbentuk bintang
tadi. Letak arkegonium pada pendukungnya berdekatan menurut arah jari-jari.
Tiap
baris diselubungi oleh selaput yang bergigi yang dinamakan periketium.
Pada pembentukan arkegonium suatu sel yang permukaan pun menjadi dua. Sel yang
bawah akan menjadi tangkai dan yang atas membalah lagi membujur hingga menjadi
empat sel. Tiga sel terdapat dipinggir, sedang yang satu ditengah-tengah lalu
membelah lagi melintang, membentuk sel tutup dan sel
dalam. Ketiga sel yang diperut dan leher arkegonium. Dari sel dalam
akhirnya membentuk sel telur, sel saluran perut dan sel-sel saluran leher.
Pembuahan
berlangsung dalam cuaca hujan. Oleh percikan air hujan cairan yang mendukung
spermatozoid terlempar dari anteridiofor ke arkegoniofor, sel-sel epidermis
badan pendukungarkegonium mempunyai papila dan membentuk sistem kapiler pada
permukaan air tersebut, yang memudahnkan terpelincirnya spermatozoid
kedalam arkegoniofor. Sel-sel epidermis badan pendukung arkegonium mempunyai
papila dan membentuk suatu sistem kapilar pada permukaan alat tersebut, yang
memudahkan tergelincirnya spermatozoid masuk ke dalam arkegonium. Spermatoziod
itu bereaksi kemotaksis terdapat zat putih telur.
Setelah selesai pembuahan, zigot berkembang menjadi
embrio terdiri dari banyak sel, dan akhirnya merupakan suatu sporogonium
bertangkai pendek, kecil berbentuk jorong, dan berwarna hijau, seerti
padaes, sel teratas hasil pembelahan zigot yang pertama, akhirnya berkembang
menjadi kaki dan tangkai sporogonium. Karena ada dinding-dinding parikrinal, sel-sel
dalam kapsul dapat dibedakan dalam sel-sel arkespora membelah menjadi dua sel,
yang sempit (kecil) yanglainya lebar, sel anakan yang lebar itu ada yang
langsung merupakan sel induk spora yang membelah lagi beberapa kali sebelum
menjadi induk spora, sel yang kecil tumbuh menjadi sel-sel yang panjang
berbentuk seperti serabut, berdinding lunak, tetapi mempunyai penebalan-penebalan
berbentuk spiral yang dinamakan elatera.setelah kapsul spora
membuka, elatera dapat bergerak dengan suatu mekanisme kohesi yang membantu
pengeluaran spora dari kapsul tadi.
Pada Marchantia
kapsul spora itu mempunyai dinding yang terdiri dari selapis sel, dengan
penebalan-penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul, dindingnya terdiri dua
lapis sel. Di tempat itu kapsul pada waktu masak mulai robek, tutup terpecah,
dan dinding berkerut membentuk gigi-gigi. Kapsul spora mula-mula masih diselubungi
pada perkembangan sporogonium. Selain dari itu tiap kapsul juga di selubungi
suatu selaput tipis yang berasal dari tangkai arkegonium. Kapsul spora
marchantiales dapat menghasilkan beberapa ratus ribu spora. Spora itu jika
jatuh di tempat yang cocok akan bertambah menjadi protonema yang berupa benang
pendek yang mengandung klorofil, dan selanjutnya berkembang membentuk talus
yang karakteristik bagi Marchantiles tersebut.
Familia Marchantiaeceae
dengan contoh-contoh:
- Marchantia polymorpha, dulu dipergunakan
sebagain bahan obat obat penyakit hepar(hati). Dari sebab itu lumut ini
dinamakan lumut hati,
-M. geminatai
-Reboulia hemispherica.
Familia Ricciaceae,
contoh-contoh Riccia Fluitans, R. nutans,
R.
trichocarpa.
Lumut hati bertalus
Kelompok
tumbuhan ini menarik karena bentuknya bercabang-cabang. Setiap kali talus membagi diri, pembagianya mengarpu menjadi dua
cabang yang sama atau lebih. Pertumbuhanya terjadi melalui aktifitas dari satu
atau lebih sel ujung yang ada pada lekukan-lekukan talus. Talus bercabang ini
bentuknya serupa dengan hati mamalia, oleh karena
itu dinamakan lumut hati atau hepaticeae.
Contoh
dalam kelompok ini antara lain adalah Ricciciocarpus natans biasanya
tumbuh terapung di air atau pada tanah yang lembab. Berbaga spesies Riccia,
yang lebih banyak cabangnya, dan biasanya membentuk raset bila tumbuh pada
tanah lembab. Recciciocarpus dan Riccia yang bekerabat dekat merupakan lumut
hati yang sederhana. Sifat sederhana ini agaknya kerena reduksi pada bentuk
nenek moyangnya yang jauh lebih komplek dan bukan merupakan sifat primitive
yang menurun.
Setelah
spora Ricciciocarpus berkecambah, terjadi perkembangan talus berbentuk hati
yang lebarnya lebih kurang 1 cm. masa besar talusnya mengapung pada permukaan
air kolam dan sungai kecil yang mengalir lambat. Pada bagian ventral terdapat
beberapa rizoid dan banyak sekali sisik yang berwarna kecoklat-coklatan.
Keduanya berfungsi untuk absorbsi air bila tumbuh di atas tanah, rizoid
bertambah banyak dan jumlah sisik-sisik di permukaan dorsal talus itu terdapat
pori yang terbuka dan merupakan ruang udara yang internal.
Reproduksi
tumbuhan ini di lakukan melalui fragmentasi talus dan melalui spora yang di
bentuk pada proses seksual. Organ seksual pada Ricciciocarpus terdapat pada
dasar alur-alur di bagian dorsal talusnya. Arkogenium yang merupakn organ
betina, berbentuk botol atau labu. Dan berisi sel telur di dasarnya. Di atas
sel telur terdapat semacam sumbat yang di namakan sel kanal ventral. Leher labu
arkegonium berisi sederetan sel yang di namakan sel kanal leher. Anteridium
bentuknya oval dengan dinding satu lapis sel. Dinding yang berbentuk pagar ini
melingkupi masa sel yang amat kecil yang berkembang menjadi sperma atau sel
jantan atau di sebut juga anterozoid.
Sel
telur yang sudah di buahi mengalami pembesaran dan di bungkus dengan membrane
selulosa yang tipis. Hasil perkawinan, yaitu zigot, menjalani serangkaian
pebelahan sel dan membentuk suatu masa sel yang bundar yang di sebut janin
(embrio). Sel-el janin pada permulaanya sama,tetapi akhirnya lapisan sel yang
paling luar menjadi lebih jelas di bandingkan dengan bagian yang di tutupinya.
Lapisan paling luar disebut dinding kapsul. Ketika janin menjadi matang,
sel-sel dalam kapsul terpisah-pisah menjadi bulat, dan berfungsi menjadi sel
induk spora. Bersamaan dengan pembesaran janin, dasar arkegonium berkembang
menjadi setebal dua sel.
Setiap
sel induk spora di dalam kapsul spora menjalani meiosis sehingga menjdi 4
spora. Pada Ricciciocarpus, jumlah kromosom pada sel telur yang sudah di buahi sel
induk spora, dan sel-sel kapsulnya ialah delapan. Oleh karena itu jumlah n
setiap spora setelah meiosis adalah empat. Pada lumut hati yang lain, umumnya
ialah n=8 dan 2n=16.
Spora
yang di bentuk dari sel induk spora cenderung membentuk kumpulan yang bundar
yang terdiri dari empat spora, kumpulan ini disebut tetrad. Bersamaan dengan
masaknya spora, kapsul juga pecah sehingga gerakan spora menjadi lebih bebas.
Akhirnya spora terlepas kerena talus membusuk, dan berkecambah pada musim yang
berikutnya.
Siklus
hidup Ricciocarpus
sebagaimana tampak adalah gambaran umum siklus hidup semua lumut hati dan lumut
sejati. Spora, tubuh tumbuhan, organ seksual, dan gamet-gamet semuanya terdapat
pada generasi gametofit atau generasi n. setelah penyerbukan dan
pengandaan jumlah kromosom, tumbuhlah zigot yang terkembang menjadi kapsul yang
berisi sel induk spora. Struktur ini merupakan generasi 2n. generasi gametofit
pada semua lumut hati dan lumu sejati adalah autotrof. Embrio, kapsul, dan
induk spora pada Ricciocarpus mengandung klorofil, tetapi tidak terbentuk pati
dan tidak ada bukti bahwa buat bahan makanan di dalamnya. Perkembangan generasi
sporofit bergantung pada generasi gametofit dalam hal keperluan air, dan
sebagian besar, mungkin semua, bahan makanan untuk pembentukan dan pematangan
spora. Pada lumut hati dan lumut daun yang lain, generasi sporofit dapat
memproduksi sejumlah makanan. Oleh karena itu tidak seluuhnya bergantung pada
generasi gametofit.
b)
Classis Anthocheros
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Dielanz.2012)
|
Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat
dengan byophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas
tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus
yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya
agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan,
tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang
berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya
biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang
diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul
berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan
kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari
jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ
yang melekat dan menyerap, terbena dalam-dalam di dalam jaringan
talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut
sejati.
Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi
menyerupai kapsul tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu
contoh untuk evolusi konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan
kelompok sel-sel steril, yaitu kolumnela, di tengah-tengah.
Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi elater dan tetrad
spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke seluruh kapsul. Di
luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi oleh
stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya kloroplas
dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir seluruhnya
tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih memerlukan
air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul membelah
menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya.
Setelah
beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah meristematik
di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul
matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora
itu menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru
terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus
tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup.
Bangsa
ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukan dalam satu suku saja
yaitu suku Anthocerotae.
Berlainan dengan golonan lumut hati lainnya, sporogonium Anthocerothales
mempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit
mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat
pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana.
Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar,
hingga mengingatkan kita pada koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus
terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian
hampir selalu terisi dengan lender. Beberapa anterodium terkumpul dalam satu
lekukan pada sisi atas talus, demikian pula arkogeniumnya. Zigo mula-mula
membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats
terus membelah-belah dan merupakan sporogonium, yang bawah membelah-belah
merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk
sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Bagi sporogonium, kaki itu
berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium). Sporogonium tidak bertangkai,
mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah
seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri
dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolume itu diselubungi
oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan mengasilkan spora, yang
disebut arkespora.
Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera.
Berbeda dengan lumut hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu
tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai
pada bagian bawahnya. Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel
penutup dan selain itu sel-selnya mengandung koloroplas.
Ordo Anthocerothales hanya
terdiri dari satu familia yaitu familia Anthocerotaceae, yang
mencakup antara lain Anthoceros leavis, A. fusiformis, Notothylus
valvata. Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah
terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti
tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang
berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut.Contoh lumut tanduk
adalah Anthoceros
laevis. Hornworts adalah sekelompok bryophytes, atau non-vascular plants, yang
terdiri dari divisi Anthocerotophyta. Nama umum
yang merujuk kepada elongated seperti tanduk-struktur, yang merupakan sporophyte. The
flattened, tanaman hijau isi hornwort adalah gametophyte
tanaman. Hornworts dapat ditemukan di seluruh dunia, namun mereka cenderung
hanya tumbuh di tempat-tempat yang lembab atau lembab. Beberapa jenis tumbuh
dalam jumlah besar sebagai perkabungan kecil di kebun dan tanah yang diolah
bidang. Besar tropis dan sub-tropis jenis Dendroceros dapat ditemukan tumbuh
di kulit pohon.
Deskripsi
Tanaman
isi hornwort adalah haploid gametophyte
panggung. Tahap ini biasanya tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau
pita seperti thallus antara
satu dan lima centimeter in diameter. Setiap sel yang
berisi thallus biasanya hanya satu chloroplast per
sel. Dalam sebagian besar spesies ini
adalah chloroplast tergabung dengan lainnya organelles besar
untuk membentuk sebuah pyrenoid bahwa
kedua manufactures dan toko makanan. Fitur ini sangat luar biasa di lahan tanaman, namun
umum di kalangan algae.
Banyak
hornworts mengembangkan internal lendir-cavities diisi
ketika kelompok sel rusak. Ini akan menyerang cavities oleh photosynthetic cyanobacteria,
khususnya jenis Nostoc. Seperti
koloni bakteri yang tumbuh di dalam thallus memberikan hornwort yang khusus
warna biru-hijau. Ada juga mungkin kecil pores lendir di bawah dari thallus.
Pores ini secara dangkal yang menyerupai stomata tanaman
lainnya.
Mengklakson
berbentuk sporophyte tumbuh
dari sebuah archegonium
tertanam mendalam di gametophyte. Hornworts sporophytes yang luar biasa dalam
hal sporophyte tumbuh dari meristem dasar
yang dekat, bukan dari ujung jalan lainnya tanaman
dilakukan. Tidak seperti liverworts, paling
benar hornworts ada stomata pada
sporophyte sebagai mosses lakukan. Dengan pengecualian adalah genera Notothylas dan Megaceros, yang
tidak memiliki stomata.
Bila
sporophyte yang matang, ia memiliki multicellular lapisan luar, sebuah pusat
batang seperti columella
berjalan sampai pusat, dan lapisan jaringan di
antara yang memproduksi spores dan pseudo-elaters. Yang
palsu elaters yang multi-selular, tidak seperti elaters dari liverworts. Mereka
memiliki spiral
thickenings yang mengubah bentuk dalam menanggapi pengeringan luar, sehingga
berliku-liku di dalam dan dengan demikian membantu menyebar di spores. Hornwort
spores relatif besar untuk bryophytes,
berukuran antara 30 dan 80 μm in
diameter atau lebih. The spores are polar, biasanya berbeda dengan Y berbentuk
tri-rabung bersinar di proximal
permukaan, dan dengan distal
ornamented permukaan dengan gundukan atau spines.
Siklus
Hidup
Kehidupan
yang hornwort mulai dari haploid spora.
Dalam sebagian besar spesies, terdapat satu sel di dalam spora, dan lanjai
perpanjangan sel ini disebut kuman tabung germinates dari
proximal samping spora. Ujung kuman membagi tabung untuk membentuk sebuah octant dari
sel, dan yang pertama rhizoid tumbuh
sebagai perpanjangan dari kuman sel asli. The tip terus membagi sel baru, yang
menghasilkan thalloid protonema. Dengan
kontras, jenis keluarga Dendrocerotaceae Mei
mulai memisahkan dengan spora, menjadi multicellular dan
bahkan photosynthetic sebelum
spura germinates. Dalam kedua kasus tersebut, protonema adalah fana tahap dalam
kehidupan yang hornwort.
Dari
protonema tumbuh dewasa gametophyte, yang
merupakan hati dan independen dalam tahap siklus kehidupan. Tahap ini biasanya
tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau
pita seperti thallus antara
satu dan lima centimeter dalam diameter, dan beberapa lapisan dari sel-sel di
ketebalan. Itu hijau atau kuning-hijau dari zat hijau dalam
sel, atau hijau kebiru-biruan-bila cyanobacteria koloni yang tumbuh di dalam
tanaman.
Bila
gametophyte telah berkembang ke ukuran dewasa, maka yang memproduksi organ seks
yang hornwort. Kebanyakan tanaman yang monoicous, organ
seks dengan baik pada tanaman yang sama, namun beberapa tanaman (bahkan spesies
yang sama) adalah dioicous,
terpisah dengan laki-laki dan perempuan gametophytes. Perempuan yang dikenal
sebagai organ archegonia
(tunggal archegonium) dan laki-laki dikenal sebagai organ antheridia
(tunggal antheridium). Kedua jenis organ berkembang hanya di bawah permukaan
tanaman dan hanya nanti terkena oleh disintegrasi dari overlying sel.
Sperma
biflagilate harus berenang dari antheridia, atau kecipratan ke archegonia. Bila
ini terjadi, maka sperma dan sel telur sekering membentuk zygote, sel
dari mana sporophyte tahap siklus hidup yang akan dikembangkan. Tidak seperti
semua lainnya bryophytes, sel pertama dari divisi zygote adalah longitudinal.
Memproduksi lebih divisi tiga daerah dasar dari sporophyte.
Di
bagian bawah sporophyte
(terdekat ke bagian dalam gametophyte), adalah kaki. Ini adalah bulat kelompok
sel yang akan menerima gizi dari orang tua gametophyte, di mana sporophyte akan
menghabiskan semua keberadaan. Di tengah-tengah sporophyte (tepat di atas
kaki), merupakan meristem yang
akan terus membagi dan memproduksi sel baru untuk ketiga wilayah. Ketiga
wilayah ini adalah ringkas. Baik di
pusat dan permukaan sel dari kapsul adalah steril, tetapi di antara mereka
adalah lapisan sel yang akan membagi untuk memproduksi palsu
elaters dan spores. Ini
adalah dilepaskan dari kapsul ketika Splits memanjang dari ujung.
Tempat
Hidup
Dijumpai di tepi-tepi sungai atau danau dan
seringkali disepanjang selokan, ditepi jalan yang basah atau lembab.
Susunan
Tubuh
Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai
talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan
perantara rizoid-rizoid. Susunan
tubuh talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyaisatu kloroplas dengan
satu pironaid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup berbentuk ginjal. Sporofit
umumnya berupa kapsul yang berbentuk silinder dengan panjang antara 5 sampai 6
cm. pangkal sporofit dibungkus dengan selubungdari jaringan gametofit.
Perkembangbiakan
Secara seksual, dengan
membentuk arteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan
sisi atas talus. Arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukjan pada sisi atas
talus. Zigot mula-mulq membelah menjadi 2 sel dengan sutu dinding pisah
melintang. Sel yang diatas terus membelah yang merupakan sporogonium, diikuti
juga oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki
sporogonium. Bagi sporogonium kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap, bila
sporogonium masak akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan jaringan
terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela
ini diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora, yang
disebut arkespora. secara aseksua,l dengan pembentukan
spora.
3.2 LIKEN
Liken (Latin = lumut
pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas benang-benang
fungi(hifa) dan alga hijau atau alga hijau-biru mikroskopok yang hidup bersama
dan berfungsi sebagai satu individu. Tubuh liken disebut thalus dan tidak
menerupai komponen alga maupun fungi. (Suhono, 2012)
Reproduksi dan
Pertumbuhan Lichen
Tubuh talus
Lichen sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini merupakan tumbuhan
dengan bentuk dan pertumbuhan yang sederhana. Reproduksinya dapat melalui
aseksual, vegetative, dan seksual. Reproduksi secara aseksula umunya dilakukan
oleh tipe Fructiose Lichen. Fructiose Lichen dapat dengan mudah melakukan fragmentasi.
Sebagian besar fragmentasi tersebut dilakukan saat musim kering atau saat talus
pada Lichen mengalami kekeringan dan memulai pertumbuhannya ketika mulai
terdapat embun. Lichen yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai
berikut :
1. Sebagian talus
memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
2. Perkembangbiakan
melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang sedang membelah
diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk dalam bagian
khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
3.
Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya
menghasilkan Lichenes baru jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga
yang cocok.
Perkembangbiakan
secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui
spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian bertemu dengan partner
alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan meiosis.
Habitat
Liken dapat tumbuh pada
kondisi ekstrem seperti Benua Arktika, Antartika bahkan padang pasir. Organisme
ini berperan penting sebagai fegetasi perintis di beberapa habitat karena
kemampuannya melakukan invasi pertama pada batu atau tanah yang beru terkena
sinar matahari. (Suhono, 2012)
Lichenes
tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-batuan
serta dalam proses terjadinya tanah. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan.
Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut sampai
terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam
hidup laten/dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah
kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali.
Pertumbuhan
talusnya sangat lambat. Ukuran tubbuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1 cm.
badan buah yang baru akan tumbuh setelah Lichen mengadakan pertumbuhan
vegetatif selama bertahun-tahun. Menurut habitusnya, Lichen dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Lichenes dengan talus berbentuk lembaran-lembaran
b. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak
Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan
sisi bawahnya pada alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk
semak-semak, hanya pangkal talus saja yang melekat pada alas dan ujungnya tetap
bebas dan bercabang-cabang seperti batang tanaman tingkat tinggi. Kormophyta
Kebanyakan
lichenes berkembangbiak secara vegetatif dengan sebagian talus terpisah dan
kemudian tumbuh menjadi individu baru. Pada beberapa lichenes, pembiakan
berlangsung dengan perantaraan soredium yaitu kelompok kecil sel-sel ganggang
sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium.
Penyebaran
lichenes belum pula dipahami benar. Anggota fungi membentuk spora yang
diterbangkan angin tetapi hal itu tidak disertai alganya. Kemungkinan
spora-spora itu menemukan alga yang sesuai secara kebetulan bila sampai di
tempat yang baru, tetapi hal ini agaknya tidak mungkin. Mungkin penyebaran pada
lichenes terlaksana bila fragmen-fragmen lichenes yang mengandung fungi dan alga
terlepas dari tubuh induknya dan dipindahkan ke tempat-tempat baru.
Lichenes
menarik dalam ekonomi alam karena mereka merupakan organisme pertama yang
berkoloni di lingkungan keras yang baru diciptakan. Batuan yang terbuka karena
glasier (lapangan es yang bergerak di pegunungan yang tinggi), tanah longsor,
dan sebagainya, segera ditumbuhi lichenes. Karena sebagian dari tubuh lichenes
itu hancur, terbentuk bahan organik atau humus. Pada waktunya, cukup banyak
tanah dapat terbentuk dalam celah-celah batuan sehingga tumbuhan seperti lumut
dapat hidup. Jadi yang semula merupakan daerah terasing dan sunyi dapat
menunjang pertumbuhan subur macam-macam tumbuhan.
Beberapa spesies liken yang ditemui di Taman Hutan Raya
R.Suryo Cangar Batu Malang antara lain:
Spesies Lobaria pulmonaria
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Muzayyinah, 2007)
|
Klasifikasi
Lobaria pulmonaria
Kingdom Jamur
Divisio Ascomycota
classis Lecanoromycetes
Ordo Peltigerales
Familia Lobariaceae
Genus Lobaria
Spesies
Lobaria pulmonaria
Lobaria
pulmonaria merupakan liken. Spesies ini merupakan simbiosis antara jamur
ascomycota dan alga Cyanobacteria, epifit pada lumut. Populasi Lobaria pulmonaria dapat
punah karena industi kehutanan dan polusi udara. Habitat tumbuh dipohon dan
tempat lembab. Termasuk dalam kelompok liken foliose (menyerupai daun),
berwarna hijau. Bentuknya menyerupai jaringan di paru-paru.
Lobaria
pulmonaria memiliki distribusi yang luas di Eropa, Asia,
Amerika Utara dan Afrika Habitat ditempat basah dengan curah hujan tinggi,
terutama pesisir daerah. Terkait dengan lama -hutan primer, kehadirannya dan
kelimpahan dapat digunakan sebagai indikator usia hutan, setidaknya di
Cedar-Hemlock Interior biogeoclimatic zona di timur British
Columbia. Lobaria pulmonaria juga
ditemukan di padang rumput-hutan. Biasanya tumbuh pada kulit pohon berdaun lebar seperti pohon oak, dan
tumbuh di batu. Di laboratorium, L. pulmonaria telah ditanam di
nilon mikrofilamen. Berbagai faktor lingkungan diperkirakan mempengaruhi
distribusi L. pulmonaria, seperti suhu, kelembaban (kelembaban
rata-rata, kecepatan dan frekuensi siklus basah-kering), paparan sinar
matahari, dan tingkat polusi udara. Upaya untuk kuantitatif mengevaluasi
kontribusi dari faktor-faktor pertumbuhan lichen sulit karena perbedaan
lingkungan asli dari mana lichen dikumpulkan akan sangat mempengaruhi panas dan
pengeringan.
Karena populasi menurun, L. pulmonaria dianggap
langka atau terancam di berbagai belahan dunia, terutama di daerah dataran
rendah Eropa. Penurunan disebabkan oleh industri perhutanan dan polusi udara
khususnya hujan asam.L. pulmonaria, seperti lumut lain yang
mengandung komponen ganggang biru-hijau, sangat rentan terhadap efek hujan
asam, karena penurunan berikutnya dalam pH mengurangi fiksasi nitrogen melalui
penghambatan dari alga nitrogenase enzim.
Lobaria
pulmonaria termasuk liken
dalam golongan foliose, talusnya seperti daun- daun bewarna hijau, kasar, lobed
dengan pola pegunungan dan bergelombang pada permukaan atas. Warna hijau terang
dalam kondisi lembab, menjadi kecoklatan dan tipis ketika kering.Spesies ini
sering memiliki lapisan halus rambut, sebuah tomentum, di permukaannya lebih
rendah. Korteks, lapisan pelindung luar pada permukaan talus, kira-kira
sebanding dengan epidermis dari tanaman hijau. Talus ini biasanya 5-15 cm,
dengan lobus 1-3 cm
L. pulmonaria
memiliki kemampuan untuk berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Dalam
reproduksi seksual, spesies menghasilkan apothecia berbentuk cakram dan
berwarna coklat kemerahan mengandung asci, dari mana spora yang dihasilkan
dilepaskan ke udara (seperti ballistospores). Berdasarkan studi ascospore
perkecambahan, menyatakan bahwa L. spora pulmonaria menggunakan
beberapa mekanisme untuk menghambat perkecambahan-penghambatan dilakukan ketika
spora ditanam dalam media pertumbuhan sintetis yang mengandung adsorben seperti
bovine serum albumin atau α- siklodeskrin
Perkembangbiakan vegetatif
melalui soredia atau isidia. Soredia merupakan kelompok kecil sel-sel
ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benang- benang miselium menjadi
satu badan yang dapat terlepas dari induknya.Soredia terdapat pada bagian
medulla yang keluar melelui celah kulit sehingga soredia dapat dengan mudah
tumbuh. Diameter sekitar 25-100 m diterbangkan angin dan akan tumbuh pada
kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan lichen yang baru.Isdia berbentuk silinder,
bercabang seperti jari tangan dan panjang antara 0,5-3 m, kulit luar diantaranya
0,01-3 m. Berdasarkan kemampuan bergabung dengan talus, maka dalam media
perkembangbiakan isdia akan menambah luas permukaan luarnya. Soredia dan isdia
telah ditetapkan sebagai modus dominan reproduksi di L. pulmonaria.
propagul menonjol menjadi kering dan rapuh selama siklus basah / kering reguler
dari lichen, dan dapat dengan mudah runtuh dari talus tersebut. Fragmen ini
dapat berkembang menjadi talus baru, baik di lokasi yang sama atau di lokasi
baru setelah penyebaran oleh angin atau hujan. Selanjutnya degenerasi korteks
talus, replikasi sel alga hijau, dan belitan hifa jamur dengan sel alga hijau
Ini langkah menyebabkan kenaikan tekanan internal yang akhirnya menerobos
korteks. Pertumbuhan yang berkelanjutan menyebabkan butiran ini didorong ke
atas dan keluar dari permukaan talus .
Spesies ini memiliki sejarah digunakan dalam obat-obatan herbal,
dan penelitian terbaru telah dikuatkan beberapa sifat obat ekstrak lumut. Lobaria pulmonaria juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
paru- paru. L. pulmonaria diketahui mengandung berbagai asam umum lumut,
seperti asam stictic, asam stictic desmethyl, asam gyrophorictenuiorin, constictic, asam norstictic, asam
peristictic, dan asam methylnorstictic. secara kolektif dikenal sebagai
depsidones. Hal ini juga berisi gula alcohol, arabitol, velebitol di samping beberapa karotenoid (isi total>
10 mg / kg), seperti karoten alpha, beta karoten dan beta kriptoxantin.Korteks
atas dari lichen mengandung melanin.
Geagar dalam Herball atau General Historie tanaman (1597) merekomendasikan L. pulmonaria digunakan
untuk obat asma, inkontinensia dan kurangnya nafsu .Di India digunakan sebagai
obat tradisional untuk mengobati pendarahan dan eskim, dan digunakan sebagai
obat untuk batuk darah oleh Hesquiath. Di Inggris dan Colombia Sebuah survei
dari ethnophytotherapeutical tinggi Molise wilayah di pusat-selatan Italia
mengungkapkan bahwa L. pulmonaria digunakan sebagai antiseptic
dan dioleskan pada luka. Sebuah air panas ekstrak disusun dengan menggunakan
spesies ini telah terbukti memiliki anti- inflamasi dan ulkus, ekstrak metanol
yang terbukti memiliki efek perlindungan pada system pencernaan tikus, mungkin
dengan mengurangi stress oksidstif dan mengurangi inflamasi efek
neutrofil.Selain itu, ekstrak metanol juga memiliki aktivitas antioksidan kuat
dan mengurangi daya, mungkin karena adanya senyawa fenolik L. pulmonaria
juga telah digunakan untuk memproduksi pewarna untuk wol, dalam penyamakan
kulit, dalam pembuatan parfum dan sebagai bahan dalam pembuatan bir.
Parmelia caperata
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Dielanz.2012)
|
Klasifikasi
:
Kingdom : Plantae
Divisio : Lichenes
Classis : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Familia : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Species : Parmelia caperata
Kata
latin Caperata berarti berkerut.
Ini merupakan spesies liken berbentuk daun atau foliose. Simbion berupa alga
coklat sehingga warna tubuh buah menjadi coklat. Terkadang alga hijau juga
merupakan simbionnya. (Suhono, 2012)
Lumut
kerak ini termasuk dalam kelas Ascolichenes. Lumut kerak ini merupakan
simbiosis antara Chlorophyceae (alga hijau) dengan Ascomycetes. Habitatnya
biasanya terdapat pada pepohonan atau bebatuan. Lumut kerak ini tipe tubuh
buahnya adalah apothecium yang terlatak di tepi thallusnya. Untuk Parmelia
jenis ini bgian tengahnya berwarna hijau keputihan lalu agak ke pinggir lagi
berwarna hijau kebiruan dan yang paling pinggir berwarna abu-abu. Bentuknya
hampir bulat, dan thallusnya berupa foliose.
Lumut
kerak ini termasuk dalam kelas Ascolichenes. Pertumbuhan talusnya sangat
lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. Tepi dari talusnya mempunyai
rambut-rambut pendek yang berwarna hitam yang berdiri tegak dan masing-masing
dari rambut tersebut mengandung suatu spermogonium. Pada talus lichenes,
cendawan membentuk tubuh buah yang berupa apotesium yang terbentuk setelah
mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun.. Spora yang dilepaskan,
di tempat yang baru dapat berkembang menjadi lichenes yang baru jika menjumpai
jenis ganggang yang tepat, yang sama dengan jenis ganggang pada talus induknya.
Parmelia caperata mempunyai rhizine di bagian bawahnya yang berfungsi
sebagai pelekat pada substrat yang ditempelinya serta bersifat endolitik karena
beberapa jenisnya dapat masuk pada bagian pinggir-pinggir batu.
Lichenes
ini tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan kekurangan air
dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik lichenes yang hidup pada
batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun
hujan, lichenes ini dapat hidup kembali.
3.3 JAMUR
Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak
berklorofil, namun memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini umumnya
bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Sebagai saprofit, jamur hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti
di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai
parasit, jamur hidup menempel pada organisme lain dan biasanya merugikan media
yang ditempelinya.
Pada dasarnya jamur bisa tumbuh di berbagai tempat, namun sebagian
besar jamur akan tumbuh subur bila berada di daerah yang lembab dan bersuhu
dingin. Reproduksi jamur dilakukan dengan dua cara, yaitu secara vegetatif dan
generatif. Perkembangbiakan vegetatif biasanya dilakukan dengan membentuk
spora, membelah diri, serta pembentukan kuncup. Sementara perkembangbiakan
generatif dilakukan melalui pembentukan spora askus, konjugasi, dan menggunakan
hifa yang akan menghasilkan zigospora.
Selain memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak, jamur
juga terdiri dari aneka macam jenis baik yang bermanfaat maupun yang
berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur yang dibudidayakan masyarakat
adalah jamur yang bermanfaat, khususnya jamur konsumsi yang bisa dimakan atau
dimanfaatkan sebagai obat. Untuk mengetahui macam-macam jamur konsumsi dan
manfaatnya, berikut kami informasikan jenis jamur berdasarkan habitat hidupnya.
1. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya.
Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler
membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur
kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi
tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang
tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma
dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa
dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar
yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa
senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur
yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang
merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat.
2. Cara Makan
dan Habitat Jamur
Semua jenis
jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak
memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat
organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya
dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa
kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit.
Cara hidup
jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar
tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur
berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di
air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya
bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
3. Pertumbuhan
dan Reproduksi
Reproduksi
jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara
aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan
ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila
kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah
besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila
mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi
jamur dewasa.
Reproduksi
secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi.
Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan
sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami
(peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan
inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu
tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion
atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan
meiosis.
a)
Spesies Cepridotus aucthotonus
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Dielanz.2012)
|
Klasifikasi
Crepidotus auchtotonus
Kingdom: Fungi
Division: Basidiomycota
Class: Basidiomycetes
Order: Agaricales
Family: Crepidotaceae
Genus: Crepidotus
Spesies: Crepidotus auchtotonus
Jamur
atau cendawan adalah tumbuhan yang
tidak mempunyai klorofil
sehingga bersifat heterotrof.Jamur
ada yang uniseluler dan multiseluler.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa
dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi
jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada
juga dengan cara generatif. Jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk
memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur
merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang
menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Cara
hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur
yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme
jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu
jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur
berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di
air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya
bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
Deskripsi
dari Crepidotus auchtotonusadalah tudung berdiameter 0,5–2 cm, berbentuk
ginjalhingga bulat, berwarna putih, tekstur tipis. Lapisanhimenium (gill)
jarang, berwarna putih, radial dari pangkalhingga ke tepi tudung. Tidak
bertangkai atau rudimenter.Spora berwarna kuning pucat, berbentuk ellip,
permukaannyalicin, berukuran 16–8 x 3–4 mikron. Habitat:ranting /cabangyang
lapuk, tersebar atau dalam kelompok. Edibilitas:tidakdiketahui.
Budidaya
Jamur dan Manfaatnya
Dalam
kehidupan manusia, jamur dapat mendatangkan keuntungan (mantaat) maupun kerugian.
Manfaat langsung, misalnya beberapa jenis jamur dapat dijadikan bahan makanan
seperti jamur shiitake, jamur kuping, jamur tiram, dan sebagainya. Manfaat
tidak langsung yaitu banyak jamur yang menjadi bagian di dalam pembuatan
obat-obatan tradisional misalnya jamu-jamu, ataupun obat-obatan modern.
Di Indonesia khususnya di
Jawa Barat budidaya jamur memiliki prospek yang cukup cerah karena kondisi alam
dan lingkungan yang sangat mendukung, selain itu bahan baku untuk membuat
subtract atau log tanam kayu cukup berlimpah. Begitu juga bibit jamur yang
unggul sudah tersedia di Bandung yaitu di laboratorium Mikro biologi ITB,
sehingga untuk memulai usaha budidaya jamur dalam skala terbatas tidak perlu
untuk membeli bibit dan luar (mengimpor). Jamur
kosumsi dan jenis jamur kayu yang memiliki nilai bisnis tinggi serta luas
penggunaannya diantaranya:
JAMUR SHIITAKE
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Dielanz.2012)
|
Jamur
shiitake di Indonesia dikenal dengan nama jamur kayu coklat. Shiitake termasuk
jamur kayu dan dapat tumbuh pada kayu gelondongan yang sudah kering (bukan
lapuk) ataupun pada produk sampingan kayu, seperti serbuk gergajian kayu maupun
serutan kayu. Penanaman mulai dan bibit hingga di panen, pada gelondongan kayu
memerlukan waktu 6-12 bulan, sedangkan pada campuran bahan dapat kurang dan 3
bulan.
Shiitake
sebagai jenis jamur berkhasiat obat yang dapat langsung dimakan mentah seperti
halnya sayuran pada salad atau untuk lalab, juga dijadikan sebagai bahan
sayuran serta makanan olahan lainnya.
Berdasarkan
penelitian, ekstra jamur shiitake memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
tumor antara 72-92 %, oleh karena itu ekstra jamur ini mulai diarahkan sebagai
penghambat tumor atau kanker.
b)
Spesies Lactarius subuiscidus
Lactarius subviscidus
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Dielanz.2012)
|
Klasifikasi
Lactarius subviscidus
Divisi: Basidiomycota
Ordo: Russulales
Famili: Russulaceae
Spesies: Lactarius subviscidus
Lactarius
indigo adalah jamur yang
dapat dimakan dari kelas Russulaceae. Nama indigo
pada jamur ini dikarenakan warna biru tua pada bagian tubuhnya. Jamur ini
memiliki batang berukuran 2,5-7,5 cm dan lebar tudung 5-12,5 cm. Tudung
berbentuk cembung dengan
bagian tengah yang tampak melengkung ke bawah. Spora yang dihasilkan
L. indigo berukuran 7-9 x 5,5-7,5 µm, berbentuk elips hingga
hampir bundar, dan
kadang-kadang membentuk kerutan, dan dihiasi oleh amiloid. Jamur ini
ditemukan hidup sendiri atau berkelompok di bagian dasar kayukonifer atau
kayu tumbuhan berdaun lebar. Bagian batang
berukuran pendek, cepat
berongga, memiliki warna yang sama dengan tudung dan sering ditemukan adanya
bintik-bintik kebiruan.
c)
Ordo Agaricales
a.
Ordo Agaricales
Agaricales terdiri dari 15 famili yang di temukan ats dasar
kemiripan bentuk, warna spora, alat insan, bentu mikroskopik dan reaksi kimia.
Salah satu ordo dar Agaricales adalah family agaricus dan lepiota yang termasuk
dalam kingdom fungi dan berasal dari filum basidiomycota. Agaricaceae merupakan
family dari jamur yang umumnya di budidayakan dan biasanaya banyak diremukan di
daerah kota. Walaupun demikian agaricaceae banayak tumbuh di hutan, batang
kayu, daerah yang di tutupi rumput, halaman rumput dan di sepanjang pinggir
jalan. Sebagian dari agaricaceae merupakan jamur yang dapat di konsumsi,
sebagain lain adalah jamur yang beracun, dan sebagaina kecil jamur yang mematikan. (Soeratman, 2011)
b.
Familia Agaricaceae
Familia agaricaceae meliputi 180 sepesies jamur. Yang merupakan jenis
agaricus dan jenis-jenis lain dalam klasifikasi sebelumnya tergolong dalam familia tulostomataceae, Lepiotaceae dan Lycoperdaceae. Penyebaran agarica
ceae bersifat kosmopolitan, yaitu terdapat di daerah beriklim sedang hingga
beriklim tropis. (Suhono, 2012)
Salah satu jenis jamur yang banyak di konsumsi adalah Agaricus
bisporus. Family agaricus dan lepiota yang secara liar hidup di alam
terbuka dengan bentuk yang beraneka ragam, warna yang bermacam-macam seta sifat
yang belum dapat di ketahui, pada umumnya sifat racun. Family agaricus dan
lepiota yang beracun dapat menyebabkan sakit pada seseorang yang memakannya,
dapat menyebabkan kematian. Family agaricus dan lepiota yang hidup di alam liar
ada juga yang dapat di konsumsi, bahkan ada yang di jadikan obat. (Soeratman, 2011)
Untuk membedakan jamur family agarisus dan lepiota yang dapat di
konsumsi dengan jenis yang beracun berdasarakan pada bentuk, sifat, dan
keadaannya, sangat sukar untuk di lakukan. Hal ini dikarenakan adanya bentuk
yang hamper sama dari spesies ajamur family agaricus dan lepiota yang dapat di
konsumsi dengan spesies yang lain yang beracun. (Soeratman, 2011)
Ciri-ciri Agaricaceae yaitu : memiliki sisik pada butiran-butiran
kecil di daerah tudung dan insang yang terpisah dari batang. Agaricaceae
semuanya memiliki tudung membran, kebanyakan di antaranay memiliki cincin yang
melekat pada batang. (Soeratman, 2011)
Beberapa jenis family agaricus dan lepiota termasuk kedalam makro
fungi karena memiliki bentuj yang besar, dapat di lihat dengan mata telanjang
dan dapat di pegang dengan tangan. (Soeratman, 2011)
Spesies
yang tergolong dalam familia ini memiliki himemium yang melapisi permukaan
lembaran jaringan Gill atau insang. Insang ini berupa juring atau yang
umumnya terletak di bawah strutur sepeti topi atau payung yang disebut tudung
(pileus). Dari pertengahan bagian bawah tudung muncul stuktur seperti batang
yang dinamakan stipe/ tangkai batang. Tudung dan tangkai ini membentuk sebuah
tubuh buah yang dinamakan basido karp atau spora karp. Karena memiliki gill,
maka kelompok jamur ini sering disebut dengan gill atau giiled fungi. (Suhono, 2012)
Kelompok gill mushroom ini tidak memiliki
selubung yang menutup tubuh buah secara keseluruhan, seperti volva. Tudung pada
familia agaricaceae tampak halus dengan rambut atau sisik. Seluruh gill
mushroom yang masuk dalam suku ini tumbuh di permukaan tanah atau puing organik
(kompos), Seperti campuran daun, jerrami basah dan rumput yang tersebar dis
ekitat tumbuhan. Berdasarkan bukti molrkuler melalui DNA. Kelompok jamur
parasol (lepiotaceae), jenis corpinus
jan jamur puffball (Lycoperdaceae) juga merupakan anggota suku agaricaceae. (Suhono, 2012)
c. Genus Agaricus
Genus ini beranggotakan jamur saprofit dengan
bilah berwarna putih atau merah muda yang kemudian menjadi coklat, Spesies di
genus ini memiliki cincin di sekelilin g batang atau tatangkai , daging buah
umumnya berwarna kuning, merah atau merah muda ketika tergoes atau dipotong.
Spora berwarna coklat sampai coklat gelap. (Suhono, 2012)
d)
Familia Marasmiaceae
a. Familia Marasmiaceae
Famili ini beranggotakan jamur basidiomycota
yang beranggotakan jamur yang memiliki spora berwarna putih dengan tangkai
keras. Mereka memiliki kemampuan mengerukan atau melayukan diri selama kondisi
cuaca kering, kekmudian kembali kekeadaan semula. Marasmiaceae terdiri atas
45-57 marga(Genus) yang meliputi 670 spesies, tersebar kosmopolitan terutama di
wilayah tropis (Suhono, 2012)
b. Genus Marasmius
Nama Marasmius berasal dari bahasa Yunani,
yaitu dari kata Marasmos yang berarti keering. Genus ini beranggotakan
Jamur-Jamur liar saprofik yang sering tumbuh membentuk kelompok besar, denga
tubuh buah bertangkai panjang dan keras berwarna putih kecoklatan, putih
kekuningan atau hutam. Tubuh buah Marasmius tidak mudah membusuk, melainkan
memiliki kemampuan mengerutka atau melayukan diri saat berada dalam komdisi
kering dan segar kembali saat datang hujan. Selain itu subtansi penyusun tudung
Marasmius berbeda dengan yang menyusun tangkainya. Selain memiliki kemampuan
mengerutkan diri dan segar kembali (Marcescence), Spesies marasmius dapat di
kenali dari cetakan spora berwarna putih, tudung tipis dan kecil , bentuk dasar
sampai cembung, serta batang yang kurus tapi kuat. (Suhono, 2012)
Menurut penelitian terbaru, Jamur Marasmius
dapat dimanfaatkan untuk industrri pulp dan kertas, yaitu untuk menghasilkan
enzim katalase yang beguna sebagai bahan pemutih kertas yang ramah lingkungan. (Suhono, 2012)
e)
Familia Tricholomataceae
Familia tricholomataceae
Familia Tricholomataceae merupakan famili
dengan banyak anggota, yang belakangan ini mengalami sejumlah perubahan
taksonomi akibat study analisis DNA. Angota famili ini adalah spesies jamur agaricales dengan cetakan sopra
berwarna putih, kuning atau merah muda, tapi bukan tergolong famili
Amanitaceae, Lepiotaceae, Hygrophoraceae, Pluteaceae atau Entolomaceae.
Berdasarkan uji DNA tersebut, banyak marga yang pada awalnya tergolong kedalam
famili Tricholomataceae kini harus keluardan membentuk famili baru seperti
Ophalotaceae, Physalacriaceae, Marasmiaceae dan Mycenaceae. (Suhono, 2012)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditemukan beberapa spesies dari jamur,
lumut dan lichen.
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan
yang tidak mempunyai klorofil
sehingga bersifat heterotrof.
Jamur ada yang uniseluler dan
multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa
Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya
untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen.
Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat
yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin,
dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat, parasit
fakultatif,
atau saprofit. Spesies jamur yang kita dapati ketika pengamatan yaitu Cepridotus
auchthotonus, Lactarius subviscidus, Lectinus sp, Leplota clypeolaria, dan
dari suku Agaricaceae, suku Marasmiaceae, suku Tricolomataceae.
Lumut merupakan tumbuhan darat
sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup
di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.). Pada lumut,
akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan
Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan
antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus
(Kormofita).Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh
di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Spesies
lumut yang kita dapati ketika pengamatan yaitu Usnea subfloridana, dan Parmelia
caperata.
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan
antara fungi dan algae sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu
kesatuan. Dalam hidupnya lichens tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan
tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama.Lichens menghasilkan
lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi pada habitat
yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar terik matahari,
mengusir atau menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi
kompetisi dengan tumbuhan, dan lainnya. Lichens yang kita dapati ketika
pengamatan yaitu Anthoceros sp. , Marchantia sp.
DAFTAR PUSTAKA
Greagar. (1957). General Historie . California:
CU Press.
Haspara. (2004). Biologi. Surakarta: Widya Duta.
Mus, C. (2012, September). Data Tumbuhan. Dipetik
Desember 7, 2012, dari www.database.com
Pratiwi. (2006). Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sesli, E. (2005). New Record od Tricholomataceae and
Cortanarius Gray from Turkey. Turk J Boot , 59-62.
Soeratman, R. (2011). Klasifikasi Familia Agaricus dan
Lepiota menggunakan Aligaritma VFI 5 kedalam kelompok dapat dikomsumsi atau
Beracun. Membedakan Famili Agaricus dan Lepiota , hal. 1-7.
Suhono, B. (2012). Ensiklopedia Biologi Dunia
Tumbuhan. Jakarta: Lentera Abadi.
Sulisetjono. (2012). Botani Tumbuhan Lumut. Malang:
Fakultas Saintek UIN Maliki .
Vellinga, E. C., Phoengeum, S., & Hyde, K. D. (2010).
The family Agaricaceae: phylogenies and two new white-spored genera. Mycologia
, 494-509.