Senin, 10 Desember 2012

KKL Cangar

LAPORAN PRATIKUM
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
INDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JAMUR (Fungi), LUMUT (Bryophyta) DAN LICHENE  DI TAMAN HUTAN RAYA R. SOERYO CANGAR MALANG
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si.
Oleh :
1.         Kharunisa                                   (11620002)
2.         Wenny Nur Fauziah                   (11620019)
3.         Romi Abrori                               (11620021)
4.         Novi Ainiatus Sholihah M         (11620027)
5.         Agus Junaidi                              (11620064)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Dunia Tumbuhan adalah dunia yang beranggotakan organisme yang memiliki akar, batang dan daun sejati yang tersusun dari sel yang bersifat eukariotik. Cara hidupnya fotoautotrof karena memiliki pigme hijau daun yang terdapat di dalam organel sel yang disebut kloroplas. Ciri khas tumbuhan yang membedakannya dengan sel hewan adalah dimilikinya dinding sel yang mengandung selulosa sehingga selnya bersifat kaku. Kingdom ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : Bryophyta (lumut), Jamur (fungi) dan lichene (lumut kerak). Thallophyta merupakan tumbuhan yang berthalus.
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi. Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu : Secara Vegetatif, Aseksual,dan Seksual.
Terdapat banyaknya keberagaman dalam Thallophyta ini maka dilakukan peneliatian atau observasi secara langsung di Hutan Raya R. Soeryo Cangar Batu Malang untuk dapat mengetahui dan mengidentifikasi berbagai macam keberagaman Thallophyta di tempat tersebut.

1.2 Tujuan
1)      Mengetahui keanekaragaman Jamur, Lumut dan liken yang ada di Taman Hutan Raya R.Suryo Cangar Batu Malang
2)      Mengetahui ciri-ciri Jamur, Lumut dan Liken.
3)      Membedakan ciri-ciri masing-masing Jamur, Lumut dan liken.
4)      Mengamati Jamur, Lumut dan Liken secara langsung pada habitatnya.

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat kita peroleh setelah melakukan kuliah  kerja lapangan ini adalah:
1)      Dapat mengetahui keanekaragaman Jamur, Lumut dan Liken.
2)      Dapat mengetahui ciri-ciri Jamur, Lumut dan liken secara umum.
3)      Dapat membedakan ciri-ciri masing-masing devisi dan dapat membedakannya.
4)      Dapat mengamati Jamur, Lumut dan liken secara langsung pada
 
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu dan tempat
Study lapangan keanekaragaman Jamur, Lumut dan Liken yang berhabitat di Taman Hutan Raya R.Suryo Cangar Batu Malang, dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2012.

2.2 Alat dan Bahan
            2.2.1 Alat
1)      Alat tulis
2)      Dokumentasi(Kamera)
3)      Amplop/ wadah kertas
4)      Sarung Tangan Latex
           
2.3 Cara kerja
1)      Disiapkan alat untuk pengamatan
2)      Diambil Jamur, Liken dan Lumut pada habitatnya.
3)      Disimpan didalam amplop
4)      Diamati spesies
5)      Diindentifikasi beberapa spesies yang ditemukan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 LUMUT
            Struktur tumbuhan lumut termasuk tumbuhan thalus. Habitat hampir semua tumbuahan lumut adalah tempat lembab dan teduh. Beberapa ada yang hidup mengapung di air (akuatik) (Sulisetjono, 2012).
            Meskipun struktur thalus telah diadaptasikan untuk kehidupan di darat tetapi aktifitas peerkembangbiakan tetap memerlukan kelembapan yang cukup. Tanpa adanya air, alat kelamin tidak mencapai kematangan, dan sel-sel kelamin (Sulisetjono, 2012).
a)      Spesies Marhantia sp
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur



(Mus, 2012)


Klasifikasi (Mus, 2012):
Kingdom         Plantae (Tumbuhan)
Divisi               Marchantiophyta
Kelas                   Marchantiopsida
Ordo                 Marchantiales
Famili                Marchantiaceae
Genus               Marchantia
Spesies            Marchantia polymorpha

Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan porella. Marchantiophyta (Hepaticophyta) atau lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies.
lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia.
Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai stuktur yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air, atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya. Yang bersifat epifit ada yang dapat hidup pada daun pohon-pohon dalam rimba daerah tropika, dan karena hidupnya di atas daun itu lumut tadi merupakan suatu bentuk ekologi yang khusus yang dinamakan epifit.
Pada umumnya asosiasi tumbuhan kriptogam, lumut hati tidak mengambil peranan yang penting.Diantara lumut hati ada yang tidak mempunyai klorofil, yaitu yang tergolong dalam marga cryptothallus dan hidup sebagai saprofit. Protonema lumut hati kebanyakan hanya berkembang menjadi suatu buluh yang pendek. Sebagian besar lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak. Minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik, kebanyakan berupa kumpulan tetes-tetes minyak atsiri. Dalam bentuk demikian minyak tadi tidak dapat ditemukan pada tumbuhan lain.
Sampai saat ini sudah di kenal sebanyak 8000 spesies. Kebanyakan tumbuhan ini hidup pada lingkungan yang lembab, bentunya tidak menarik kecuali dalam masa, jika tampak biasanya di kacaukan dengan lumut sejati karena keduanya miri sekali. Tumbuhan merayap pada permukaan tanah, pepagan pohon, bebatuan lembab, atau pada kayu busuk.sebagian besar dari tumbuhan ini adalah tumbuhan darat, beberapa spesies hidup di air sebagai akuatik skunder, artinya mereka itu tumbuhan darat itu yang teradaptasi kembali terhadap lingkungan air nenek moyangnya.
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati di bagi menjadi  dua kelompok yaitu: lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Pada kedua kelompok tumbuhan tersebut tubuhnya berbentuk dorsiventral, yakni tubuh bagian atas bagian atas di sebut dorsal dan bagian bawah di sebut ventral. Organ seksual tumbuh terjadi di permukaan bagian dorsal. Tubuh tumuhan ini menutupi tanah, berpaut pada tanah dengan rizoid yang berbentuk benang. Rizoid itu semacam rambut akar, pada tumbuhan tinggi tetapi berlawanan denganya, biasanya tumbuh pada generasi gametofit.
Tubuh tumbuhan kelompok pertama(lumut hati bertalus) menujukan cirri-ciri tertentu yang berkembang secara perlahan dari tumbuhan darat tanpa pembuluh yang tidak di miliki oleh tumbuhan yang tidak dimiliki oleh nenek moyangnya yang hidup di air. Di antaranya adalah rizoid dan bagian lain yang beradaptasi terhadap daratan, sepertihalnya adanya jaringan kutikula yang menutup lapisan epidermis, dan spora berdinding tebal yang di sesuaikan  dengan penyebaran melalui udara.
Lumut Hati Berdaun
Kelompok tumbuhan yang terbesar ini diantara lumut hati kadang-kadang disebut juga lumut sisik. Umumnya tumbuh subur pada balok-balok kayu, tanah lembab atau tumbuh sebagai epifit pada batang atau cabang pohon. Contoh dari kelompok ini adalah Porella.  Tubuh tumbuhan ini khas dorsiventral, dan tersusun dari suatu sumbu dengan bentuk-bentuk seperti pada daun. Tidak ada atau sedikit saja diferensiasi internal dalam jaringannya. Struktur yang seperti daun itu tumbuh lateral pada kedua sisi sumbu. Dunia lateral kadang-kadang terbagi menjadi dua bagian.
Daun tingkat ketiga muncul dari permukaan ventral. Terkadang-kadang lumut hati berdaun dikeluarkan dengan lumut sejati, tetapi dapat diperbedakan jika diperhatikan struktu vegetativnya secara berhati-hati. Lumut sejati bentuknya simetri radial, artinya daun-daunnya melekat sekeliling batang, berlawanan dengan lumut hati yang telah dujelaskan di atas. Selain itu, lumut sejati mempunyai tulang tengah yang tidak terdapat pada lumut hati.
Organ seksual macam lumut ini tumbuh pada generasi gametifit. Anterida tumbuh pada ketiak daun dan arkegonia tumbuh di ujung, pada apeks pucuk utama atau cabang-cabangnya. Sporofit dilengkapi dengan kaki, tangkai, dan kapsul, yang membuka dengan empat katup.
Marchantia
Struktur talus kelompok ini lebih komplrks dibandingkan dengan Riciciocarpus. Talusnya (gametofit) lebih terspesialisasi, dan organ seksual betina pada banyak spesies muncul di atas talus yang bertangkai yang disebut reseptakel. Juga anteridia terdapat pada dasar buah yang bertangkai. Marchantia polymorpha adalah suatu tumbuhan yang tersebar luas pada ngarai yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan menyatakan bahwa tumbuhan ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat terbakar, terutama di daerah yang lembab. Dalam keadaan demikian tumbuhan itu dapat berkembang dengan subur menjadi hamparan padat selama bertahun-tahun, secara berangsur digantikan oleh lumut, rumput, dan semaiaan tumbuhan berkayu. Dalam kondisi seperti itu, talus tumbuhan ini menyebar berbentuk pita di atas permukaan tanah dan didukung dengan banyak sekali rizoid. Permukaan talusnya terdiri dari lempengan yang berbentuk intan, yang menunjukan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu irisan melalui talus menunjukan ruang udara di bagian atas yang dilindungi epidermis. Setiap ruang berhubungan dengan udara luar melalui pori yang menyerupai cerobong, analog dengan stoma. Dari dasar ruang udara ini muncul rantai-rantai sel yang berisikan banyak sekali kloroplas. Bagian pangkal talusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati.
Reproduksi seksual pada Marchantia melibatkan dua jenis tumbuhan, yaitu tumbuhan jantan, yang mengandung reseptakel anteridium dan tumbuhan betina yang mengandung reseptakel arkegonium. Tangkai yang mendukung dasar bunga (reseptakel) itu tumbuh pada cabang vertical talusnya. Dasar bunga betina agak melebar dan berbentuk payung, dengan cuping yang berbentuk jari, biasanya jumlahnya Sembilan dan sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk kebawah. Dasar bunga jantan bentuknya seperti cakram, dengan tepi-tepi berbentuk cangkang remis. Anteridia terpancang pada permukaan atas. Penyerbukan berlangsung sebelum terjadinya pemanjangan tangkai dasar bunga. Anteridia merekah di ujungnya, dan sperma melepaskan diri dengan bantuan air hujan kea rah arkegonia yang dekat tumbuhan tersebut. Penyerbukan selanjutnya berlangsung seperti pada Ricciocarpus.
Generasi sporofit dimulai dari telur yang sudah dibuahi, kemudian tangkai dasar bunga bertambah panjang. Zigot membagi-bagi diri secara berulang-ulang membentuk janin yang multiselular di dalam arkegonium, yang membesar dengan pertumbuhan janin. Selama perkembangan janin, kelubung yang berbentuk tabung tumbuh dari dasar setiap arkegonium dan mengelilingi janinnya. Sehelai jaringan juga tumbuh arah ke bawah pada setiap sisi barisan arkegonium.
Pada mulanya, janin berbentuk bola tetapi segera bagian pangkalnya, kaki, tumbuh ke dalam jaringan reseptakel dan berfungsi sebagai organ untuk absorpsi. Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok menjadi alur secara vertikal, dan menjadi elater, yaitu benang-benang memanjang dengan dinding dalam terpilin. Setelah meiosis dan terbentuknya tetrad spora, tangkainya memanjang, arkegonium yang melebar jadi pecah, dan kapsul terdorong ke bawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka menyebarkan massa spora seperti kapas dengan pertolongan angin. Lepasnya spora dari kapsul dibantui oleh elater, yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul, elater menggulung, menjadi kering, dan mengadakan gerakan sentakan yang melemparkan spora ke udara.
Pada tahap-tahap awal perkembangannya, generasi sporofit Marchantia seluruh hidupnya bergantung pada jaringan gametofit dalam hal nutrisinya. Meskipun demikian, lebih kemudian tangkai, dinding kapsul, elater, dan bahkan kaki sporofit menjadi hijau. Sel-sel jaringan-jaringan tersebut berisi kloroplas amat banyak dan  mampu mengadakan fotosintesis. Sebagian besar kloroplasnya mengandung butir-butir pati. Bila sporofit itu matang, kloroplas menjadi luruh.
Di samping mengadakan reproduksi seksual dengan spora, banyak di antara spesies lumut hati ini berkembang biak secara vegetative. Setelah bagian tumbuhan yang sudah tua mati pada pangkal percabangan talus, maka kedua cabang yang ada tumbuhan menjadi tumbuhan tersendiri. Pada beberapa lumut hati, terima kasih Marchantia, terdapat juga struktur khusus untuk reproduksi vegetative yang dinamakan gemma. Gemma ini tumbuh pada talus bagian atas. Pada Marchantia, kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar kupulla. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan dapat terbawa agak jauh dari tetuanya. Bilamana gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid, lalul talus yang baru akan berkembang.
Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantiales polymorpha. Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik-sisik ventral. Selain dari itu pada sisi bawah talus terdapat rizoid-rizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai penebalan kedalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh air. Jika dilihat dari atas, talus itu kelihatan berpetak-petak. Dibawah tiap-tiap petak didalam talus terdapat suatu ruangan udara, dan ditengah petak terdapat suatu liang udara yang menghubungkan ruangan udara dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti tong, dan mempunyai dinding yang lebih tinggih talus untuk mencegah masuknya air. Dinding liang itu terdapat dari  empat cincin, masing-masing cincin terdiri dari empat sel. Pada marga tertentu sel-sel cincin yang paling dalam, dapat memperlihatkan gerakan menutup. Pada dasar udara terdapat sel-sel yang mengandung kloroplas dan merupakan jaringan asimilasi. Sel-sel lainnya, bahkan sel-sel epidermis pum mempunyai klorofil, tetepi tidak seberapa. Bagi dunia tumbuhan hal itu merupakan perkecualian, karena biasanya gametofit tidak mempunyai aparat asimilasi yang sedemikian sempurnanya.
Sisa jaringan talus  berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil atau sangat miskin akan klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan, sebagian mengandung minyak. Pada sisi bawah parekrim, tempat penimbunan makan cadangan  bahan tersebut tertutup oleh selapis sel-sel. Pada sisis atas usuk tengah, umumnya terdapat badan-badan seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang merupakan piala eram atau keranjang eram, dengan didalamnya sejumlah kuncup-kuncuperam. Badan-badan tersebut berguna sebagai alat perkembangbiakan vegetative bagi gametofit.
Gametangium Marchantiales didukung oleh suatu cabang talus yang tubuh bergerak. Bagian cabang talus tergulung, merupakan suatu tangkai. Didalam dukungan itu terdapat suatu saluran dengan benang-banang rizoid. Bagian atas cabanh tadi berulang-ulang mengadakan percabangan menggarpu, hingga akhirnyamembentuk suatu suatu badan seperti bintang. Tempat anteridium dan arkegonium terpisah, jadi Marchantiales berumah dua. Pendukung anteridium dinamakan anteridiofor. Pendukung arkegonium disebut arkegoniofor.
Pendukung gametangium menyerupai suatu cakram bertoreh delapan pada ujungnya. Pada sisi atas cakram itu terdapat ruang-ruang terbentuk botol yang bermuarah pada permukaan atas dengan sebuah liang yang kecil . ruang-ruang itu berisi anteridium dan satu sama lain terpisah oleh jaringan yang mengandung ruang-ruang udara.dengan perantara
Anteridium pada lumut hati ini tejadi sebagai berikut. Salah satu sel pada permukaan membelah menjadi beberapa segmen dengan perantara sekat-sekat melintang .masing-masing sigmen membelah menjadi empat sel oleh sekat-sekat yang tagak lurus pada asekat-sekat yang dibuat pertama-tama. Sel-sel yang letaknya dipinggir kemudian menjadi dinding anteridium, yang letaknya dibagian dalam merupakan sel-sel spermatogen yang kemudian menghasilkan spermatozoid . jika anteridium telah masak, sel-sel dindingnya menjadi lendir dan mengembang, hingga spermatozoid- spermatozoid dapat keluar dan terkumpul dalam suatu tetes air hujan yang terdapat diatas cakram pendukung gametangium tadi.
Pendukung gametangium ♀ terakhir dengan suatu badan berbentuk bintang. Segi-segi bintang  itu biasa berjumlah 9, tepinya melipat kebawah, sehingga sisi atas bagian yang mendukung arkegonium itu menghadap kebawah pula. Akibatnya arkegonium seakan-akan terdapat pada sisi bawah badan yang berbentuk bintang tadi. Letak arkegonium pada pendukungnya berdekatan menurut arah jari-jari.
Tiap baris diselubungi oleh selaput yang bergigi yang dinamakan periketium. Pada pembentukan arkegonium suatu sel yang permukaan pun menjadi dua. Sel yang bawah akan menjadi tangkai dan yang atas membalah lagi membujur hingga menjadi empat sel. Tiga sel terdapat dipinggir, sedang yang satu ditengah-tengah lalu membelah lagi melintang, membentuk sel tutup dan sel dalam. Ketiga sel yang diperut dan leher arkegonium. Dari sel dalam akhirnya membentuk sel telur, sel saluran perut dan sel-sel saluran leher.
Pembuahan berlangsung dalam cuaca hujan. Oleh percikan air hujan cairan yang mendukung spermatozoid terlempar dari anteridiofor ke arkegoniofor, sel-sel epidermis badan pendukungarkegonium mempunyai papila dan membentuk sistem kapiler pada permukaan air tersebut, yang memudahnkan  terpelincirnya spermatozoid kedalam arkegoniofor. Sel-sel epidermis badan pendukung arkegonium mempunyai papila dan membentuk suatu sistem kapilar pada permukaan alat tersebut, yang memudahkan tergelincirnya spermatozoid masuk ke dalam arkegonium. Spermatoziod itu bereaksi kemotaksis terdapat zat putih telur.
Setelah selesai pembuahan, zigot berkembang menjadi embrio terdiri dari banyak sel, dan akhirnya merupakan suatu sporogonium bertangkai  pendek, kecil berbentuk jorong, dan berwarna hijau, seerti padaes, sel teratas hasil pembelahan zigot yang pertama, akhirnya berkembang menjadi kaki dan tangkai sporogonium. Karena ada dinding-dinding parikrinal, sel-sel dalam kapsul dapat dibedakan dalam sel-sel arkespora membelah menjadi dua sel, yang sempit (kecil) yanglainya lebar, sel anakan yang lebar itu ada yang langsung merupakan sel induk spora yang membelah lagi beberapa kali sebelum menjadi induk spora, sel yang kecil tumbuh menjadi sel-sel yang panjang berbentuk seperti serabut, berdinding lunak, tetapi mempunyai penebalan-penebalan berbentuk spiral yang dinamakan elatera.setelah kapsul spora membuka, elatera dapat bergerak dengan suatu mekanisme kohesi yang membantu pengeluaran spora dari kapsul tadi.
Pada Marchantia kapsul spora itu mempunyai dinding yang terdiri dari selapis sel, dengan penebalan-penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul, dindingnya terdiri dua lapis sel. Di tempat itu kapsul pada waktu masak mulai robek, tutup terpecah, dan dinding berkerut membentuk gigi-gigi. Kapsul spora mula-mula masih diselubungi pada perkembangan sporogonium. Selain dari itu tiap kapsul juga di selubungi suatu selaput tipis yang berasal dari tangkai arkegonium. Kapsul spora marchantiales dapat menghasilkan beberapa ratus ribu spora. Spora itu jika jatuh di tempat yang cocok akan bertambah menjadi protonema yang berupa benang pendek yang mengandung klorofil, dan selanjutnya berkembang membentuk talus yang karakteristik  bagi Marchantiles tersebut.
Familia Marchantiaeceae dengan contoh-contoh:
Marchantia polymorpha, dulu dipergunakan sebagain bahan obat obat penyakit hepar(hati). Dari sebab itu lumut ini dinamakan lumut hati,
-M. geminatai
-Reboulia hemispherica.
Familia Ricciaceae, contoh-contoh Riccia Fluitans, R. nutans, R. trichocarpa.
 Lumut hati bertalus
Kelompok tumbuhan ini menarik karena bentuknya bercabang-cabang. Setiap kali talus membagi diri, pembagianya mengarpu menjadi dua cabang yang sama atau lebih. Pertumbuhanya terjadi melalui aktifitas dari satu atau lebih sel ujung yang ada pada lekukan-lekukan talus. Talus bercabang ini bentuknya serupa dengan hati mamalia, oleh karena itu dinamakan lumut hati atau hepaticeae.
Contoh dalam kelompok ini antara lain adalah Ricciciocarpus natans biasanya tumbuh terapung di air atau pada tanah yang lembab. Berbaga spesies Riccia, yang lebih banyak cabangnya, dan biasanya membentuk raset bila tumbuh pada tanah lembab. Recciciocarpus dan Riccia yang bekerabat dekat merupakan lumut hati yang sederhana. Sifat sederhana ini agaknya kerena reduksi pada bentuk nenek moyangnya yang jauh lebih komplek dan bukan merupakan sifat primitive yang menurun.
Setelah spora Ricciciocarpus berkecambah, terjadi perkembangan talus berbentuk hati yang lebarnya lebih kurang 1 cm. masa besar talusnya mengapung pada permukaan air kolam dan sungai kecil yang mengalir lambat. Pada bagian ventral terdapat beberapa rizoid dan banyak sekali sisik yang berwarna kecoklat-coklatan. Keduanya berfungsi untuk absorbsi air bila tumbuh di atas tanah, rizoid bertambah banyak dan jumlah sisik-sisik di permukaan dorsal talus itu terdapat pori yang terbuka dan merupakan ruang udara yang internal.
Reproduksi tumbuhan ini di lakukan melalui fragmentasi talus dan melalui spora yang di bentuk pada proses seksual. Organ seksual pada Ricciciocarpus terdapat pada dasar alur-alur di bagian dorsal talusnya. Arkogenium yang merupakn organ betina, berbentuk botol atau labu. Dan berisi sel telur di dasarnya. Di atas sel telur terdapat semacam sumbat yang di namakan sel kanal ventral. Leher labu arkegonium berisi sederetan sel yang di namakan sel kanal leher. Anteridium bentuknya oval dengan dinding satu lapis sel. Dinding yang berbentuk pagar ini melingkupi masa sel yang amat kecil yang berkembang menjadi sperma atau sel jantan atau di sebut juga anterozoid.
Sel telur yang sudah di buahi mengalami pembesaran dan di bungkus dengan membrane selulosa yang tipis. Hasil perkawinan, yaitu zigot, menjalani serangkaian pebelahan sel dan membentuk suatu masa sel yang bundar yang di sebut janin (embrio). Sel-el janin pada permulaanya sama,tetapi akhirnya lapisan sel yang paling luar menjadi lebih jelas di bandingkan dengan bagian yang di tutupinya. Lapisan paling luar disebut dinding kapsul. Ketika janin menjadi matang, sel-sel dalam kapsul terpisah-pisah menjadi bulat, dan berfungsi menjadi sel induk spora. Bersamaan dengan pembesaran janin, dasar arkegonium berkembang menjadi setebal dua sel.
Setiap sel induk spora di dalam kapsul spora menjalani meiosis sehingga menjdi 4 spora. Pada Ricciciocarpus, jumlah kromosom pada sel telur yang sudah di buahi sel induk spora, dan sel-sel kapsulnya ialah delapan. Oleh karena itu jumlah n setiap spora setelah meiosis adalah empat. Pada lumut hati yang lain, umumnya ialah n=8 dan 2n=16.
Spora yang di bentuk dari sel induk spora cenderung membentuk kumpulan yang bundar yang terdiri dari empat spora, kumpulan ini disebut tetrad. Bersamaan dengan masaknya spora, kapsul juga pecah sehingga gerakan spora menjadi lebih bebas. Akhirnya spora terlepas kerena talus membusuk, dan berkecambah pada musim yang berikutnya.
Siklus hidup Ricciocarpus sebagaimana tampak adalah gambaran umum siklus hidup semua lumut hati dan lumut sejati. Spora, tubuh tumbuhan, organ seksual, dan gamet-gamet semuanya terdapat pada generasi gametofit atau generasi n. setelah penyerbukan dan pengandaan jumlah kromosom, tumbuhlah zigot yang terkembang menjadi kapsul yang berisi sel induk spora. Struktur ini merupakan generasi 2n. generasi gametofit pada semua lumut hati dan lumu sejati adalah autotrof. Embrio, kapsul, dan induk spora pada Ricciocarpus mengandung klorofil, tetapi tidak terbentuk pati dan tidak ada bukti bahwa buat bahan makanan di dalamnya. Perkembangan generasi sporofit bergantung pada generasi gametofit dalam hal keperluan air, dan sebagian besar, mungkin semua, bahan makanan untuk pembentukan dan pematangan spora. Pada lumut hati dan lumut daun yang lain, generasi sporofit dapat memproduksi sejumlah makanan. Oleh karena itu tidak seluuhnya bergantung pada generasi gametofit.

b)     Classis Anthocheros
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur




(Dielanz.2012)
Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan byophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena  dalam-dalam di dalam jaringan talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut sejati.
Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril, yaitu kolumnela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya.
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah meristematik di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora itu menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup.
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukan dalam satu suku saja yaitu suku Anthocerotae. Berlainan dengan golonan lumut hati lainnya, sporogonium Anthocerothales mempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita pada koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan lender. Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus, demikian pula arkogeniumnya. Zigo mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan merupakan sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium). Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan mengasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berbeda dengan lumut hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya. Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel penutup dan selain itu sel-selnya mengandung koloroplas.
Ordo Anthocerothales hanya terdiri dari satu familia yaitu familia Anthocerotaceae, yang mencakup antara lain Anthoceros leavis, A. fusiformis, Notothylus valvata. Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut.Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros laevis. Hornworts adalah sekelompok bryophytes, atau non-vascular plants, yang terdiri dari divisi Anthocerotophyta. Nama umum yang merujuk kepada elongated seperti tanduk-struktur, yang merupakan sporophyte. The flattened, tanaman hijau isi hornwort adalah gametophyte tanaman. Hornworts dapat ditemukan di seluruh dunia, namun mereka cenderung hanya tumbuh di tempat-tempat yang lembab atau lembab. Beberapa jenis tumbuh dalam jumlah besar sebagai perkabungan kecil di kebun dan tanah yang diolah bidang. Besar tropis dan sub-tropis jenis Dendroceros dapat ditemukan tumbuh di kulit pohon.
Deskripsi
Tanaman isi hornwort adalah haploid gametophyte panggung. Tahap ini biasanya tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau pita seperti thallus antara satu dan lima centimeter in diameter. Setiap sel yang berisi thallus biasanya hanya satu chloroplast per sel. Dalam sebagian besar spesies ini adalah chloroplast tergabung dengan lainnya organelles besar untuk membentuk sebuah pyrenoid bahwa kedua manufactures dan toko makanan. Fitur ini sangat luar biasa di lahan tanaman, namun umum di kalangan algae.
Banyak hornworts mengembangkan internal lendir-cavities diisi ketika kelompok sel rusak. Ini akan menyerang cavities oleh photosynthetic cyanobacteria, khususnya jenis Nostoc. Seperti koloni bakteri yang tumbuh di dalam thallus memberikan hornwort yang khusus warna biru-hijau. Ada juga mungkin kecil pores lendir di bawah dari thallus. Pores ini secara dangkal yang menyerupai stomata tanaman lainnya.
Mengklakson berbentuk sporophyte tumbuh dari sebuah archegonium tertanam mendalam di gametophyte. Hornworts sporophytes yang luar biasa dalam hal sporophyte tumbuh dari meristem dasar yang dekat, bukan dari ujung jalan lainnya tanaman dilakukan. Tidak seperti liverworts, paling benar hornworts ada stomata pada sporophyte sebagai mosses lakukan. Dengan pengecualian adalah genera Notothylas dan Megaceros, yang tidak memiliki stomata.
Bila sporophyte yang matang, ia memiliki multicellular lapisan luar, sebuah pusat batang seperti columella berjalan sampai pusat, dan lapisan jaringan di antara yang memproduksi spores dan pseudo-elaters. Yang palsu elaters yang multi-selular, tidak seperti elaters dari liverworts. Mereka memiliki spiral thickenings yang mengubah bentuk dalam menanggapi pengeringan luar, sehingga berliku-liku di dalam dan dengan demikian membantu menyebar di spores. Hornwort spores relatif besar untuk bryophytes, berukuran antara 30 dan 80 μm in diameter atau lebih. The spores are polar, biasanya berbeda dengan Y berbentuk tri-rabung bersinar di proximal permukaan, dan dengan distal ornamented permukaan dengan gundukan atau spines.
Siklus Hidup
Kehidupan yang hornwort mulai dari haploid spora. Dalam sebagian besar spesies, terdapat satu sel di dalam spora, dan lanjai perpanjangan sel ini disebut kuman tabung germinates dari proximal samping spora. Ujung kuman membagi tabung untuk membentuk sebuah octant dari sel, dan yang pertama rhizoid tumbuh sebagai perpanjangan dari kuman sel asli. The tip terus membagi sel baru, yang menghasilkan thalloid protonema. Dengan kontras, jenis keluarga Dendrocerotaceae Mei mulai memisahkan dengan spora, menjadi multicellular dan bahkan photosynthetic sebelum spura germinates. Dalam kedua kasus tersebut, protonema adalah fana tahap dalam kehidupan yang hornwort.
Dari protonema tumbuh dewasa gametophyte, yang merupakan hati dan independen dalam tahap siklus kehidupan. Tahap ini biasanya tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau pita seperti thallus antara satu dan lima centimeter dalam diameter, dan beberapa lapisan dari sel-sel di ketebalan. Itu hijau atau kuning-hijau dari zat hijau dalam sel, atau hijau kebiru-biruan-bila cyanobacteria koloni yang tumbuh di dalam tanaman.
Bila gametophyte telah berkembang ke ukuran dewasa, maka yang memproduksi organ seks yang hornwort. Kebanyakan tanaman yang monoicous, organ seks dengan baik pada tanaman yang sama, namun beberapa tanaman (bahkan spesies yang sama) adalah dioicous, terpisah dengan laki-laki dan perempuan gametophytes. Perempuan yang dikenal sebagai organ archegonia (tunggal archegonium) dan laki-laki dikenal sebagai organ antheridia (tunggal antheridium). Kedua jenis organ berkembang hanya di bawah permukaan tanaman dan hanya nanti terkena oleh disintegrasi dari overlying sel.
Sperma biflagilate harus berenang dari antheridia, atau kecipratan ke archegonia. Bila ini terjadi, maka sperma dan sel telur sekering membentuk zygote, sel dari mana sporophyte tahap siklus hidup yang akan dikembangkan. Tidak seperti semua lainnya bryophytes, sel pertama dari divisi zygote adalah longitudinal. Memproduksi lebih divisi tiga daerah dasar dari sporophyte.
Di bagian bawah sporophyte (terdekat ke bagian dalam gametophyte), adalah kaki. Ini adalah bulat kelompok sel yang akan menerima gizi dari orang tua gametophyte, di mana sporophyte akan menghabiskan semua keberadaan. Di tengah-tengah sporophyte (tepat di atas kaki), merupakan meristem yang akan terus membagi dan memproduksi sel baru untuk ketiga wilayah. Ketiga wilayah ini adalah ringkas. Baik di pusat dan permukaan sel dari kapsul adalah steril, tetapi di antara mereka adalah lapisan sel yang akan membagi untuk memproduksi palsu elaters dan spores. Ini adalah dilepaskan dari kapsul ketika Splits memanjang dari ujung.
Tempat Hidup
Dijumpai di tepi-tepi sungai atau danau dan seringkali disepanjang selokan, ditepi jalan yang basah atau lembab.
Susunan Tubuh
Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan tubuh talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyaisatu kloroplas dengan satu pironaid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal. Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk silinder dengan panjang antara 5 sampai 6 cm. pangkal sporofit dibungkus dengan selubungdari jaringan gametofit.
Perkembangbiakan
Secara seksual, dengan membentuk arteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus. Arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukjan pada sisi atas talus. Zigot mula-mulq membelah menjadi 2 sel dengan sutu dinding pisah melintang. Sel yang diatas terus membelah yang merupakan sporogonium, diikuti juga oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki sporogonium. Bagi sporogonium kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogonium masak akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan jaringan terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela ini diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora, yang disebut arkespora. secara aseksua,l dengan pembentukan spora.


3.2 LIKEN
Liken (Latin = lumut pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas benang-benang fungi(hifa) dan alga hijau atau alga hijau-biru mikroskopok yang hidup bersama dan berfungsi sebagai satu individu. Tubuh liken disebut thalus dan tidak menerupai komponen alga maupun fungi. (Suhono, 2012)
Reproduksi dan Pertumbuhan Lichen
Tubuh talus Lichen sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini merupakan tumbuhan dengan bentuk dan pertumbuhan yang sederhana. Reproduksinya dapat melalui aseksual, vegetative, dan seksual. Reproduksi secara aseksula umunya dilakukan oleh tipe Fructiose Lichen. Fructiose Lichen dapat dengan mudah melakukan fragmentasi. Sebagian besar fragmentasi tersebut dilakukan saat musim kering atau saat talus pada Lichen mengalami kekeringan dan memulai pertumbuhannya ketika mulai terdapat embun. Lichen yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut :
1.      Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
2.      Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
3.      Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan meiosis.


Habitat
Liken dapat tumbuh pada kondisi ekstrem seperti Benua Arktika, Antartika bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai fegetasi perintis di beberapa habitat karena kemampuannya melakukan invasi pertama pada batu atau tanah yang beru terkena sinar matahari. (Suhono, 2012)
Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam hidup laten/dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali.
Pertumbuhan talusnya sangat lambat. Ukuran tubbuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1 cm. badan buah yang baru akan tumbuh setelah Lichen mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun. Menurut habitusnya, Lichen dibagi menjadi dua yaitu :
a. Lichenes dengan talus berbentuk lembaran-lembaran
b. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak
Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan sisi bawahnya pada alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk semak-semak, hanya pangkal talus saja yang melekat pada alas dan ujungnya tetap bebas dan bercabang-cabang seperti batang tanaman tingkat tinggi. Kormophyta
Kebanyakan lichenes berkembangbiak secara vegetatif dengan sebagian talus terpisah dan kemudian tumbuh menjadi individu baru. Pada beberapa lichenes, pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredium yaitu kelompok kecil sel-sel ganggang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium.
Penyebaran lichenes belum pula dipahami benar. Anggota fungi membentuk spora yang diterbangkan angin tetapi hal itu tidak disertai alganya. Kemungkinan spora-spora itu menemukan alga yang sesuai secara kebetulan bila sampai di tempat yang baru, tetapi hal ini agaknya tidak mungkin. Mungkin penyebaran pada lichenes terlaksana bila fragmen-fragmen lichenes yang mengandung fungi dan alga terlepas dari tubuh induknya dan dipindahkan ke tempat-tempat baru.
Lichenes menarik dalam ekonomi alam karena mereka merupakan organisme pertama yang berkoloni di lingkungan keras yang baru diciptakan. Batuan yang terbuka karena glasier (lapangan es yang bergerak di pegunungan yang tinggi), tanah longsor, dan sebagainya, segera ditumbuhi lichenes. Karena sebagian dari tubuh lichenes itu hancur, terbentuk bahan organik atau humus. Pada waktunya, cukup banyak tanah dapat terbentuk dalam celah-celah batuan sehingga tumbuhan seperti lumut dapat hidup. Jadi yang semula merupakan daerah terasing dan sunyi dapat menunjang pertumbuhan subur macam-macam tumbuhan.


Beberapa spesies liken yang ditemui di Taman Hutan Raya R.Suryo Cangar Batu Malang antara lain:

Spesies Lobaria pulmonaria
Gambar pengamatan
Gambar literature

 


  
           (Muzayyinah, 2007)

Klasifikasi Lobaria pulmonaria
Kingdom         Jamur
            Divisio             Ascomycota
                        classis              Lecanoromycetes
                                    Ordo                Peltigerales
Familia            Lobariaceae
                                                            Genus                         Lobaria
                                                                        Spesies                        Lobaria pulmonaria
Lobaria pulmonaria    merupakan liken. Spesies ini merupakan simbiosis antara jamur ascomycota dan alga Cyanobacteria, epifit pada lumut.  Populasi Lobaria pulmonaria  dapat punah karena industi kehutanan dan polusi udara. Habitat tumbuh dipohon dan tempat lembab. Termasuk dalam kelompok liken foliose (menyerupai daun), berwarna hijau. Bentuknya menyerupai jaringan di paru-paru.
Lobaria pulmonaria  memiliki distribusi yang luas di Eropa, Asia, Amerika Utara dan Afrika Habitat ditempat basah dengan curah hujan tinggi, terutama pesisir daerah. Terkait dengan lama -hutan primer, kehadirannya dan kelimpahan dapat digunakan sebagai indikator usia hutan, setidaknya di Cedar-Hemlock Interior biogeoclimatic zona di timur British Columbia. Lobaria pulmonaria juga ditemukan di padang rumput-hutan. Biasanya tumbuh pada kulit  pohon berdaun lebar seperti pohon oak, dan tumbuh di batu. Di laboratorium, L. pulmonaria telah ditanam di nilon mikrofilamen. Berbagai faktor lingkungan diperkirakan mempengaruhi distribusi L. pulmonaria, seperti suhu, kelembaban (kelembaban rata-rata, kecepatan dan frekuensi siklus basah-kering), paparan sinar matahari, dan tingkat polusi udara. Upaya untuk kuantitatif mengevaluasi kontribusi dari faktor-faktor pertumbuhan lichen sulit karena perbedaan lingkungan asli dari mana lichen dikumpulkan akan sangat mempengaruhi panas dan pengeringan.
Karena populasi menurun, L. pulmonaria dianggap langka atau terancam di berbagai belahan dunia, terutama di daerah dataran rendah Eropa. Penurunan disebabkan oleh industri perhutanan dan polusi udara khususnya hujan asam.L. pulmonaria, seperti lumut lain yang mengandung komponen ganggang biru-hijau, sangat rentan terhadap efek hujan asam, karena penurunan berikutnya dalam pH mengurangi fiksasi nitrogen melalui penghambatan dari alga nitrogenase enzim.
Lobaria pulmonaria termasuk liken dalam golongan foliose, talusnya seperti daun- daun bewarna hijau, kasar, lobed dengan pola pegunungan dan bergelombang pada permukaan atas. Warna hijau terang dalam kondisi lembab, menjadi kecoklatan dan tipis ketika kering.Spesies ini sering memiliki lapisan halus rambut, sebuah tomentum, di permukaannya lebih rendah. Korteks, lapisan pelindung luar pada permukaan talus, kira-kira sebanding dengan epidermis dari tanaman hijau. Talus ini biasanya 5-15 cm, dengan lobus 1-3 cm
L. pulmonaria memiliki kemampuan untuk berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Dalam reproduksi seksual, spesies menghasilkan apothecia berbentuk cakram dan berwarna coklat kemerahan mengandung asci, dari mana spora yang dihasilkan dilepaskan ke udara (seperti ballistospores). Berdasarkan studi ascospore perkecambahan, menyatakan bahwa L. spora pulmonaria menggunakan beberapa mekanisme untuk menghambat perkecambahan-penghambatan dilakukan ketika spora ditanam dalam media pertumbuhan sintetis yang mengandung adsorben seperti bovine serum albumin atau α- siklodeskrin
Perkembangbiakan vegetatif  melalui soredia atau isidia. Soredia merupakan kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benang- benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya.Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melelui celah kulit sehingga soredia dapat dengan mudah tumbuh. Diameter sekitar 25-100 m diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan lichen yang baru.Isdia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan panjang antara 0,5-3 m, kulit luar diantaranya 0,01-3 m. Berdasarkan kemampuan bergabung dengan talus, maka dalam media perkembangbiakan isdia akan menambah luas permukaan luarnya. Soredia dan isdia telah ditetapkan sebagai modus dominan reproduksi di L. pulmonaria. propagul menonjol menjadi kering dan rapuh selama siklus basah / kering reguler dari lichen, dan dapat dengan mudah runtuh dari talus tersebut. Fragmen ini dapat berkembang menjadi talus baru, baik di lokasi yang sama atau di lokasi baru setelah penyebaran oleh angin atau hujan. Selanjutnya degenerasi korteks talus, replikasi sel alga hijau, dan belitan hifa jamur dengan sel alga hijau Ini langkah menyebabkan kenaikan tekanan internal yang akhirnya menerobos korteks. Pertumbuhan yang berkelanjutan menyebabkan butiran ini didorong ke atas dan keluar dari permukaan talus .
Spesies ini memiliki sejarah digunakan dalam obat-obatan herbal, dan penelitian terbaru telah dikuatkan beberapa sifat obat ekstrak lumut. Lobaria pulmonaria  juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit paru- paru. L. pulmonaria diketahui mengandung berbagai asam umum lumut, seperti asam stictic, asam stictic desmethyl, asam gyrophorictenuiorin,  constictic, asam norstictic, asam peristictic, dan asam methylnorstictic. secara kolektif dikenal sebagai depsidones. Hal ini juga berisi gula alcohol, arabitol, velebitol di samping beberapa karotenoid (isi total> 10 mg / kg), seperti karoten alpha, beta karoten dan beta kriptoxantin.Korteks atas dari lichen mengandung melanin.
Geagar dalam  Herball atau General Historie tanaman (1597) merekomendasikan L. pulmonaria digunakan untuk obat asma, inkontinensia dan kurangnya nafsu .Di India digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati pendarahan dan eskim, dan digunakan sebagai obat untuk batuk darah oleh Hesquiath. Di Inggris dan Colombia Sebuah survei dari ethnophytotherapeutical tinggi Molise wilayah di pusat-selatan Italia mengungkapkan bahwa L. pulmonaria digunakan sebagai antiseptic dan dioleskan pada luka. Sebuah air panas ekstrak disusun dengan menggunakan spesies ini telah terbukti memiliki anti- inflamasi dan ulkus, ekstrak metanol yang terbukti memiliki efek perlindungan pada system pencernaan tikus, mungkin dengan mengurangi stress oksidstif dan mengurangi inflamasi efek neutrofil.Selain itu, ekstrak metanol juga memiliki aktivitas antioksidan kuat dan mengurangi daya, mungkin karena adanya senyawa fenolik L. pulmonaria juga telah digunakan untuk memproduksi pewarna untuk wol, dalam penyamakan kulit, dalam pembuatan parfum dan sebagai bahan dalam pembuatan bir.
Parmelia caperata
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


(Dielanz.2012)

Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
            Divisio             : Lichenes
                        Classis             : Ascolichenes
                                    Ordo                : Lecanorales
                                                Familia            : Parmeliaceae
                                                            Genus              : Parmelia
                                                                        Species            : Parmelia caperata

            Kata latin Caperata  berarti berkerut. Ini merupakan spesies liken berbentuk daun atau foliose. Simbion berupa alga coklat sehingga warna tubuh buah menjadi coklat. Terkadang alga hijau juga merupakan simbionnya. (Suhono, 2012)
Lumut kerak ini termasuk dalam kelas Ascolichenes. Lumut kerak ini merupakan simbiosis antara Chlorophyceae (alga hijau) dengan Ascomycetes. Habitatnya biasanya terdapat pada pepohonan atau bebatuan. Lumut kerak ini tipe tubuh buahnya adalah apothecium yang terlatak di tepi thallusnya. Untuk Parmelia jenis ini bgian tengahnya berwarna hijau keputihan lalu agak ke pinggir lagi berwarna hijau kebiruan dan yang paling pinggir berwarna abu-abu. Bentuknya hampir bulat, dan thallusnya berupa foliose.
Lumut kerak ini termasuk dalam kelas Ascolichenes. Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. Tepi dari talusnya mempunyai rambut-rambut pendek yang berwarna hitam yang berdiri tegak dan masing-masing dari rambut tersebut mengandung suatu spermogonium. Pada talus lichenes, cendawan membentuk tubuh buah yang berupa apotesium yang terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun.. Spora yang dilepaskan, di tempat yang baru dapat berkembang menjadi lichenes yang baru jika menjumpai jenis ganggang yang tepat, yang sama dengan jenis ganggang pada talus induknya. Parmelia caperata mempunyai rhizine di bagian bawahnya yang berfungsi sebagai pelekat pada substrat yang ditempelinya serta bersifat endolitik karena beberapa jenisnya dapat masuk pada bagian pinggir-pinggir batu.
Lichenes ini tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik lichenes yang hidup pada batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan, lichenes ini dapat hidup kembali.
3.3 JAMUR
Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil, namun memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel pada organisme lain dan biasanya merugikan media yang ditempelinya.
Pada dasarnya jamur bisa tumbuh di berbagai tempat, namun sebagian besar jamur akan tumbuh subur bila berada di daerah yang lembab dan bersuhu dingin. Reproduksi jamur dilakukan dengan dua cara, yaitu secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif biasanya dilakukan dengan membentuk spora, membelah diri, serta pembentukan kuncup. Sementara perkembangbiakan generatif dilakukan melalui pembentukan spora askus, konjugasi, dan menggunakan hifa yang akan menghasilkan zigospora.
Selain memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam jenis baik yang bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya jamur konsumsi yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai obat. Untuk mengetahui macam-macam jamur konsumsi dan manfaatnya, berikut kami informasikan jenis jamur berdasarkan habitat hidupnya.
1. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
2. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
3. Pertumbuhan dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
a)      Spesies Cepridotus aucthotonus
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
(Dielanz.2012)

Klasifikasi Crepidotus auchtotonus
Kingdom: Fungi
Division: Basidiomycota
Order: Agaricales
Family: Crepidotaceae
Genus: Crepidotus
Spesies: Crepidotus auchtotonus
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof.Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
Deskripsi dari Crepidotus auchtotonusadalah tudung berdiameter 0,5–2 cm, berbentuk ginjalhingga bulat, berwarna putih, tekstur tipis. Lapisanhimenium (gill) jarang, berwarna putih, radial dari pangkalhingga ke tepi tudung. Tidak bertangkai atau rudimenter.Spora berwarna kuning pucat, berbentuk ellip, permukaannyalicin, berukuran 16–8 x 3–4 mikron. Habitat:ranting /cabangyang lapuk, tersebar atau dalam kelompok. Edibilitas:tidakdiketahui.
Budidaya Jamur dan Manfaatnya
Dalam kehidupan manusia, jamur dapat mendatangkan keuntungan (mantaat) maupun kerugian. Manfaat langsung, misalnya beberapa jenis jamur dapat dijadikan bahan makanan seperti jamur shiitake, jamur kuping, jamur tiram, dan sebagainya. Manfaat tidak langsung yaitu banyak jamur yang menjadi bagian di dalam pembuatan obat-obatan tradisional misalnya jamu-jamu, ataupun obat-obatan modern.
Di Indonesia khususnya di Jawa Barat budidaya jamur memiliki prospek yang cukup cerah karena kondisi alam dan lingkungan yang sangat mendukung, selain itu bahan baku untuk membuat subtract atau log tanam kayu cukup berlimpah. Begitu juga bibit jamur yang unggul sudah tersedia di Bandung yaitu di laboratorium Mikro biologi ITB, sehingga untuk memulai usaha budidaya jamur dalam skala terbatas tidak perlu untuk membeli bibit dan luar (mengimpor). Jamur kosumsi dan jenis jamur kayu yang memiliki nilai bisnis tinggi serta luas penggunaannya diantaranya:
JAMUR SHIITAKE
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


                          (Dielanz.2012)

Jamur shiitake di Indonesia dikenal dengan nama jamur kayu coklat. Shiitake termasuk jamur kayu dan dapat tumbuh pada kayu gelondongan yang sudah kering (bukan lapuk) ataupun pada produk sampingan kayu, seperti serbuk gergajian kayu maupun serutan kayu. Penanaman mulai dan bibit hingga di panen, pada gelondongan kayu memerlukan waktu 6-12 bulan, sedangkan pada campuran bahan dapat kurang dan 3 bulan.
Shiitake sebagai jenis jamur berkhasiat obat yang dapat langsung dimakan mentah seperti halnya sayuran pada salad atau untuk lalab, juga dijadikan sebagai bahan sayuran serta makanan olahan lainnya.
Berdasarkan penelitian, ekstra jamur shiitake memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan tumor antara 72-92 %, oleh karena itu ekstra jamur ini mulai diarahkan sebagai penghambat tumor atau kanker.

b)      Spesies Lactarius subuiscidus

Lactarius subviscidus
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
(Dielanz.2012)


Klasifikasi Lactarius subviscidus
Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Ordo: Russulales
Famili: Russulaceae
Genus: Lactarius
Spesies: Lactarius subviscidus
Lactarius indigo adalah jamur yang dapat dimakan dari kelas Russulaceae. Nama indigo pada jamur ini dikarenakan warna biru tua pada bagian tubuhnya. Jamur ini memiliki batang berukuran 2,5-7,5 cm dan lebar tudung 5-12,5 cm. Tudung berbentuk cembung dengan bagian tengah yang tampak melengkung ke bawah. Spora yang dihasilkan L. indigo berukuran 7-9 x 5,5-7,5 µm, berbentuk elips hingga hampir bundar, dan kadang-kadang membentuk kerutan, dan dihiasi oleh amiloid. Jamur ini ditemukan hidup sendiri atau berkelompok di bagian dasar kayukonifer atau kayu tumbuhan berdaun lebar. Bagian batang berukuran pendek, cepat berongga, memiliki warna yang sama dengan tudung dan sering ditemukan adanya bintik-bintik kebiruan.

c)      Ordo Agaricales
a.      Ordo Agaricales
Agaricales terdiri dari 15 famili yang di temukan ats dasar kemiripan bentuk, warna spora, alat insan, bentu mikroskopik dan reaksi kimia. Salah satu ordo dar Agaricales adalah family agaricus dan lepiota yang termasuk dalam kingdom fungi dan berasal dari filum basidiomycota. Agaricaceae merupakan family dari jamur yang umumnya di budidayakan dan biasanaya banyak diremukan di daerah kota. Walaupun demikian agaricaceae banayak tumbuh di hutan, batang kayu, daerah yang di tutupi rumput, halaman rumput dan di sepanjang pinggir jalan. Sebagian dari agaricaceae merupakan jamur yang dapat di konsumsi, sebagain lain adalah jamur yang beracun, dan sebagaina kecil jamur yang mematikan. (Soeratman, 2011)
b.      Familia Agaricaceae
Familia agaricaceae meliputi 180 sepesies jamur. Yang merupakan jenis agaricus dan jenis-jenis lain dalam klasifikasi sebelumnya tergolong dalam familia tulostomataceae, Lepiotaceae dan Lycoperdaceae. Penyebaran agarica ceae bersifat kosmopolitan, yaitu terdapat di daerah beriklim sedang hingga beriklim tropis. (Suhono, 2012)
Salah satu jenis jamur yang banyak di konsumsi adalah Agaricus bisporus. Family agaricus dan lepiota yang secara liar hidup di alam terbuka dengan bentuk yang beraneka ragam, warna yang bermacam-macam seta sifat yang belum dapat di ketahui, pada umumnya sifat racun. Family agaricus dan lepiota yang beracun dapat menyebabkan sakit pada seseorang yang memakannya, dapat menyebabkan kematian. Family agaricus dan lepiota yang hidup di alam liar ada juga yang dapat di konsumsi, bahkan ada yang di jadikan obat. (Soeratman, 2011)
Untuk membedakan jamur family agarisus dan lepiota yang dapat di konsumsi dengan jenis yang beracun berdasarakan pada bentuk, sifat, dan keadaannya, sangat sukar untuk di lakukan. Hal ini dikarenakan adanya bentuk yang hamper sama dari spesies ajamur family agaricus dan lepiota yang dapat di konsumsi dengan spesies yang lain yang beracun. (Soeratman, 2011)
Ciri-ciri Agaricaceae yaitu : memiliki sisik pada butiran-butiran kecil di daerah tudung dan insang yang terpisah dari batang. Agaricaceae semuanya memiliki tudung membran, kebanyakan di antaranay memiliki cincin yang melekat pada batang. (Soeratman, 2011)
Beberapa jenis family agaricus dan lepiota termasuk kedalam makro fungi karena memiliki bentuj yang besar, dapat di lihat dengan mata telanjang dan dapat di pegang dengan tangan.  (Soeratman, 2011)
 Spesies yang tergolong dalam familia ini memiliki himemium yang melapisi permukaan lembaran jaringan Gill atau insang. Insang ini berupa juring atau yang umumnya terletak di bawah strutur sepeti topi atau payung yang disebut tudung (pileus). Dari pertengahan bagian bawah tudung muncul stuktur seperti batang yang dinamakan stipe/ tangkai batang. Tudung dan tangkai ini membentuk sebuah tubuh buah yang dinamakan basido karp atau spora karp. Karena memiliki gill, maka kelompok jamur ini sering disebut dengan gill atau giiled fungi. (Suhono, 2012)
Kelompok gill mushroom ini tidak memiliki selubung yang menutup tubuh buah secara keseluruhan, seperti volva. Tudung pada familia agaricaceae tampak halus dengan rambut atau sisik. Seluruh gill mushroom yang masuk dalam suku ini tumbuh di permukaan tanah atau puing organik (kompos), Seperti campuran daun, jerrami basah dan rumput yang tersebar dis ekitat tumbuhan. Berdasarkan bukti molrkuler melalui DNA. Kelompok jamur parasol (lepiotaceae), jenis  corpinus jan jamur puffball (Lycoperdaceae) juga merupakan anggota suku agaricaceae. (Suhono, 2012)
c.       Genus Agaricus
Genus ini beranggotakan jamur saprofit dengan bilah berwarna putih atau merah muda yang kemudian menjadi coklat, Spesies di genus ini memiliki cincin di sekelilin g batang atau tatangkai , daging buah umumnya berwarna kuning, merah atau merah muda ketika tergoes atau dipotong. Spora berwarna coklat sampai coklat gelap. (Suhono, 2012)

d)      Familia Marasmiaceae
a.       Familia Marasmiaceae
Famili ini beranggotakan jamur basidiomycota yang beranggotakan jamur yang memiliki spora berwarna putih dengan tangkai keras. Mereka memiliki kemampuan mengerukan atau melayukan diri selama kondisi cuaca kering, kekmudian kembali kekeadaan semula. Marasmiaceae terdiri atas 45-57 marga(Genus) yang meliputi 670 spesies, tersebar kosmopolitan terutama di wilayah tropis (Suhono, 2012)
b.      Genus Marasmius
Nama Marasmius berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Marasmos yang berarti keering. Genus ini beranggotakan Jamur-Jamur liar saprofik yang sering tumbuh membentuk kelompok besar, denga tubuh buah bertangkai panjang dan keras berwarna putih kecoklatan, putih kekuningan atau hutam. Tubuh buah Marasmius tidak mudah membusuk, melainkan memiliki kemampuan mengerutka atau melayukan diri saat berada dalam komdisi kering dan segar kembali saat datang hujan. Selain itu subtansi penyusun tudung Marasmius berbeda dengan yang menyusun tangkainya. Selain memiliki kemampuan mengerutkan diri dan segar kembali (Marcescence), Spesies marasmius dapat di kenali dari cetakan spora berwarna putih, tudung tipis dan kecil , bentuk dasar sampai cembung, serta batang yang kurus tapi kuat. (Suhono, 2012)
Menurut penelitian terbaru, Jamur Marasmius dapat dimanfaatkan untuk industrri pulp dan kertas, yaitu untuk menghasilkan enzim katalase yang beguna sebagai bahan pemutih kertas yang ramah lingkungan. (Suhono, 2012)

e)      Familia Tricholomataceae
Familia tricholomataceae
Familia Tricholomataceae merupakan famili dengan banyak anggota, yang belakangan ini mengalami sejumlah perubahan taksonomi akibat study analisis DNA. Angota famili ini adalah  spesies jamur agaricales dengan cetakan sopra berwarna putih, kuning atau merah muda, tapi bukan tergolong famili Amanitaceae, Lepiotaceae, Hygrophoraceae, Pluteaceae atau Entolomaceae. Berdasarkan uji DNA tersebut, banyak marga yang pada awalnya tergolong kedalam famili Tricholomataceae kini harus keluardan membentuk famili baru seperti Ophalotaceae, Physalacriaceae, Marasmiaceae dan Mycenaceae. (Suhono, 2012)

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditemukan beberapa spesies dari jamur, lumut dan lichen.
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Spesies jamur yang kita dapati ketika pengamatan yaitu Cepridotus auchthotonus, Lactarius subviscidus, Lectinus sp, Leplota clypeolaria, dan dari suku Agaricaceae, suku Marasmiaceae, suku Tricolomataceae.
Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (Kormofita).Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Spesies lumut yang kita dapati ketika pengamatan yaitu Usnea subfloridana, dan Parmelia caperata.
 Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan algae sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Dalam hidupnya lichens tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama.Lichens menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar terik matahari, mengusir atau menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dan lainnya. Lichens yang kita dapati ketika pengamatan yaitu Anthoceros sp. , Marchantia sp.

DAFTAR PUSTAKA


Greagar. (1957). General Historie . California: CU Press.
Haspara. (2004). Biologi. Surakarta: Widya Duta.
Mus, C. (2012, September). Data Tumbuhan. Dipetik Desember 7, 2012, dari www.database.com
Pratiwi. (2006). Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sesli, E. (2005). New Record od Tricholomataceae and Cortanarius Gray from Turkey. Turk J Boot , 59-62.
Soeratman, R. (2011). Klasifikasi Familia Agaricus dan Lepiota menggunakan Aligaritma VFI 5 kedalam kelompok dapat dikomsumsi atau Beracun. Membedakan Famili Agaricus dan Lepiota , hal. 1-7.
Suhono, B. (2012). Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan. Jakarta: Lentera Abadi.
Sulisetjono. (2012). Botani Tumbuhan Lumut. Malang: Fakultas Saintek UIN Maliki .
Vellinga, E. C., Phoengeum, S., & Hyde, K. D. (2010). The family Agaricaceae: phylogenies and two new white-spored genera. Mycologia , 494-509.